Makassar, muisulsel.com – Keikhlasan hati bila diibaratkan benda adalah emas murni dengan karat sempurna 24, bila diibaratkan minuman adalah air susu murni yang tidak terkontaminasi darah dan kotoran tinja firman Allah:
قال تعالى: {وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُّسْقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهِ مِن بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَّبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِّلشَّارِبِينَ}
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (Q.S. An Nahl: 66) .
Ikhlas adalah hal yang murni dan originil. Ucapan kata yang tulus ikhlas adalah lailaha illallah sehingga diistilahkan kalimatul ikhlash, surat al Ikhlas itu mengandung makna makna ketauhidan keikhlasan semata karena Allah swt.
Makna ikhlas hati adalah bebasnya hati dari syirik dan riya, serta dorongan hati beramal demi ridho Allah swt dengan tujuan taqarrub atau mendekat kepada Allah swt semata. Untuk memahami defenisi sesuai syariat Islam dari makna ikhlas itu yaitu dengan cara memahami penjelasan Nabi saw dan para ulama warasatul anbiyaa.
Ada satu hadis dalam kitab al Risalah al Qusyairiyah karya Abu al Qasim al Qusyairiyah menceritakan:
قال النبي صلى الله عليه وسلم سألت جبريل عن الإخلاص ما هو فقال جبريل عليه السلام سألت رب العزة عن الإخلاص ما هو فقال رب العزة الإخلاص سر من سري أودعته قلب من أحببت من عبادي.
Nabi bertanya kepada Jibril tentang makna ikhlas. Apakah ikhlas itu? Jibril menjawab “Aku telah menanyakan hal itu kepada Tuhan, dan Dia menjawab: itu merupakan salah satu rahasiaKu yang aku tempatkan di hati hamba-hambaKu yang aku cintai” (HR Muslim.
Adapun penjelasan para ulama tentang Ikhlas sebagai berikut:
وقال ذو النون المصري: الإخلاص: لا يتم إلا بالصدق فيه، والصبر عليه، والصدق لا يتم إلا بالإخلاص فيه والمداومة عليه.
Dzunnun Almishri berkata Ikhlas tidak akan sempurna kecuali dengan kebenaran dan sabar di dalam ikhlas. Shidiq tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlas dan terus menerus di dalam ikhlas.”
وقال الجنيد: الإخلاص سر بين الله تعالى وبين العبد، لايعلمه ملك فيكتبه، ولا شيطان فيفسده، ولا هوى فيميله.
Al-Junaid mengatakan; “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya. Tidak ada malaikatpun yang mengetahui dan mencatatnya. Tidak ada setan pula yang mengetahui dan merusaknya. Dan tidak ada hawa nafsu yang mengetahui lalu menyondongkannya.”
وقال رويم: الإخلاص من العمل هو: الذي لايريد صاحبه عليهِ عوضاً من الدارين، ولا حظً من الملكين.
Ruwaim mengatakan; keikhlasan suatu perbuatan adalah ketiadaan kehendak bagi pemiliknya untuk mendapatkan ganti (pahala) dari dua alam (dunia dan akhirat) dan ketiadaan permintaan bagian dari dua malaikat (penjaga surga dan neraka)
وقال أبو يعقوب السوسي: متى شهدوا في إخلاصهم الخلاص إحتاج إخلاصهم إلى إخلاص.
Abu Ya’qub As-Susi berkata; “Kapan saja seseorang masih memandang ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan.”
Imam Al-Gazali sang ahli ushul fiqhi dan tasawuf menggolongkan ikhlas itu dua macam. Pertama, ikhlas para Nabi. Nabi Muhammad saw itu semata mata kerjakan sesuatu karena Allah Swt. Kedua, Ikhlashnya orang mukmin yang beribadah karena ingin pahala dan surga, ada yang beramal karena harapkan gaji dan hadiah itu masih tergolong ikhlas golongan lemah.
Simpulan, ikhlas adalah bekerja demi Allah swt, demi Rasulullah saw dan demi maslahat manusia, semoga umat mukmin. Minimal tergolong ikhlas yang kedua dan sekali-sekali memasukkan diri digolongan ikhlasnya para Anbiyaa. wallahu a’lam