Prof Dr KH Kamaluddin Abunawas, MA (Ketua Bidang Pendidikan dan Pengkaderan MUI Sulsel)
Makassar, muisulsel.or.id – Wahyu adalah sebuah keistimewaan yang hanya diberikan kepada seorang nabi dan rasul pilihan Allah untuk menyampaikan risalah ketauhidan kepada umatnya.
Lalu bagaimanakah seorang nabi menerima wahyu, sementara Allah sendiri tidaklah terbatas pada ruang dan waktu, di mana seorang rasul yang menerima wahyu adalah orang yang sangat terbatas dengan ruang dan waktu.
Itulah sebabnya dalam kitab Ulumul Qur’an, maka hal pertama yang dibahas adalah bagaimana nuzulul Qur’an itu.
Sebuah hadis yang bersumber dari Aisyah istri Rasulullah, ia mengatakan bahwa wahyu jika turun kepada Rasulullah itu dapat berupa mimpi yang benar dalam tidurnya.
Jika Rasulullah bermimpi menerima wahyu, dan penglihatannya seperti di waktu subuh menjelang pagi, maka Rasulullah akan senang bertahannus atau menyendiri. Dan hal itu ibaratnya sama dengan seorang tokoh agama yang akan mencapai peringkat tertinggi, maka ia akan menyendiri.
Apabila Rasulullah hendak bertahannus dan berfokus untuk ibadah, maka ia akan pergi ke gua hira dan menyendiri disana selama beberapa hari lamanya. Sampai pada akhirnya kembali ke rumah untuk mengambil bekal, lalu berangkat lagi menuju gua hira.
Hingga pada suatu hari malaikat Jibril datang menemui Rasulullah dan memerintahkannya untuk membaca, akan tetapi Rasulullah menjawab bahwa ia tidak bisa membaca, lalu malaikat Jibril mendekap tubuhnya dengan sangat kuat hingga Rasulullah merasa sesak, dan Jibril pun melepaskan dekapannya lalu kembali memerintahkan untuk membaca, begitu terus hingga tiga kalo berulang-ulang.
Ini adalah sekelumit tentang proses turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah di gua hira.
Penjelasan lebih menarik dalam proses turunnya wahyu pertama dapat di simak pada tayangan video link berikut ini.
Kontributor: Nur Abdal Patta