Makassar, muisulsel.com – Hidup dengan seluruh liku-liku, senang, bahagia, aktif, sibuk, kaget, penuh harap, takut, pilu, sakit dan sengsara adalah bukti dan dalil adamya kematian. Allah swt menciptakan liku-liku hidup itu juga menciptakan kembalikannya yaitu ketiadaan.
Semakin seseorang itu mengerti tentang hiruk pikuknya hidup semakin tertanam di dalam benak pengertian bahwa ada kematian. Sikap bersiap nenghadapi kematian adalah sikap yang taqwa dan sikap berhati hati, berbeda dengan orang yang tak memerdulikan kematian, ia cenderung lalai dan tidak mempersiapkan semua itu.
Selain beribadah shalat dan puasa, hal yang diprioritaskan seseorang untuk mempersiapkan kematian adalah berinfaq untuk keperluan modal akherat, karena hal itu pahalanya sangat besar:
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (11) }
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Hakekat hidup yang juga merupakan hakekat kematian itu, nabi gambarkan dengan ilustrasi sebagai berikut :.
Kematian bagi seseorang pada satu tempat itu bukan faktor kebetulan, karena langkah setiap insan itu pasti sesuai garisan menuju tempat kematiaannya secara takdir.
Sebab Allah menghadirkan hal pada seseorang itu menjadi sebab utama kematiannya :
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَا جَعَلَ اللهُ مَنِيَّةَ عَبْدٍ بِأَرْضٍ إِلَّا جَعَلَ لَهُ فِيهَا حَاجَةً)).
Nabi saw bersabda: Tidaklah Allah Swt jadikan ajal seseorang itu disuatu tempat dimuka bumi kecuali Allah Swt jadikan ada keperluan orang itu ketempat kematiannya.
Seorang beriman kepada Allah Swt harus memandang kehidupan ini sebagai tempat singgah saja, ibarat tempat singgah bagi seorang musafir:
قَالَ: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بِمِنْكَبي،
قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه و سلم بمنكبي فقال: كن في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل وكان ابن عمر – رضي الله عنهما – يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري
Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhori).
Kepentingan seseorang selalu ingat mati adalah orang itu bisa senantiasa sadar betapa amanah yang ada dipundaknya akan berakhir dan dia akan bertanggung jawab penuh di hadapan Allah Swt, wallahu a’lam.