Chamdar Nur, Lc,.SH,. S. Pd. I,.M. Pd. (Anggota MUI Sul-Sel Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional)
Makassar, muisulsel.or.id – Di balik kemajuan bangsa, kejayaan militer, atau kekayaan alam yang melimpah, selalu berdiri sosok yang tidak disebut di panggung kekuasaan, guru, pendidik. Mereka yang membentuk manusia, membangun akal, menanamkan nilai, dan menyalakan cahaya ilmu dari kegelapan kebodohan.
Sejarah mencatat sebuah kutipan mengguncang dari Kaisar Hirohito setelah Jepang luluh lantak akibat bom atom di perang dunia kedua, mengatakan bahwa aku tidak bertanya berapa banyak pasukan yang tersisa. Tapi aku bertanya kepada para jenderal, masih adakah guru yang tersisa? Kita telah jatuh karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam strategi perang, tapi tidak tahu cara membuat bom sedahsyat itu. Maka kumpulkan seluruh guru yang masih tersisa di pelosok negeri ini. Sekarang kepada merekalah kita bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.
Betapa agungnya posisi guru hingga seorang Kaisar menyadari bahwa yang bisa menyelamatkan bangsa bukan pedang atau tank, tapi pena dan akal yang tercerahkan. Saat bangsa lain berlomba memajukan teknologi dan pendidikan, kita malah masih berkutat dalam sistem yang seringkali tidak memuliakan pendidik. Padahal mengabaikan guru, berarti menggali lubang kemunduran bangsa sendiri.
Islam mengangkat derajat orang yang berilmu dan yang mengajarkan ilmu dengan posisi yang begitu tinggi. Allah ta’ala berfirman
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ
Artinya: “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9).
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun bersabda
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ، وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا، وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah, para malaikatNya, penghuni langit dan bumi, bahkan semut dalam lubangnya dan ikan di laut, semuanya mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. (HR. Tirmidzi).
Betapa besar penghargaan sang penguasa langit dan bumi kepada pendidik. Seorang guru sejati tak hanya mengajarkan huruf dan angka, tapi menanamkan karakter, membentuk jiwa mandiri, dan mencerdaskan akal yang akan menjadi pondasi bangsa masa depan.
Jika sebuah bangsa tidak memuliakan guru, maka ia sedang menghapus masa depannya sendiri. Meremehkan guru sama dengan membiarkan anak-anak tumbuh tanpa arah, tanpa nilai, dan tanpa daya saing.
Di era digital ini, ketika akses informasi terbuka lebar, peran guru bukan hanya mentransfer ilmu, tapi menjadi kompas moral dan pengawal peradaban. Negara-negara yang maju hari ini bukan hanya karena mereka memiliki tambang emas atau armada militer, tetapi karena mereka menyusun kurikulum pendidikan yang menghargai para pendidik, memuliakan dengan memberikan hak mereka dengan layak, dan menjadikan guru sebagai tokoh bangsa.
Bukan senjata, bukan kekuasaan, tapi guru yang mencetak kekuatan bangsa. Maka bila hari ini kita ingin menjadi bangsa yang diperhitungkan di mata dunia, mulailah dengan memuliakan para pendidik.
Jangan biarkan mereka tersisih oleh zaman. Jangan biarkan hak mereka dipermainkan. Jangan biarkan semangat mereka padam oleh ketidakpedulian kita.
اللَّهُمَّ اجْزِ المُعَلِّمِينَ عَنَّا خَيْرَ مَا جَزَيْتَ مُعَلِّمًا عَنْ تَلامِيذِهِ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاجْعَلْ عِلْمَهُمْ صَدَقَةً جَارِيَةً، وَبَارِكْ فِي أَعْمَارِهِمْ وَنَفْعِهِمْ
Artinya: “Ya Allah, berilah balasan terbaik kepada para pendidik kami, sebagaimana Engkau membalas guru yang tulus kepada murid-muridnya. Angkat derajat mereka di dunia dan akhirat, jadikan ilmu mereka sebagai amal jariyah, dan berkahilah usia serta manfaat mereka.”
Aamiin…
Irfan Suba Raya