Konflik Timur Tengah, Ketum MUI Sulsel Harap Persatuan Umat Islam

Makassar, muisulsel.or.id – Di tengah Konflik yang terjadi antara Iran dan Israel, menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan terutama dunia Islam.

Selaku Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan Prof Nadjamuddin H Abd Safa berharap umat Islam bersatu mendukung perjuangan Iran.

“Kita umat Islam bersatu mendukung perjuangan saudara kita yang sementara mempertahankan kehormatannya di Iran,” katanya saat sambutan pada Diskusi Konflik Iran vs Israel secara daring melalui Zoom dan YouTube MUI Sulsel, Senin 23 Juni 2023.

Lebih lanjut Ia menjelaskan sesuai dengan prinsipnya, Islam adalah agama yang rahmatan Lil aalamiin tapi Islam juga menganjurkan umatnya untuk mempertahankan diri jika diserang.

“Apa yang dilakukan Iran adalah bagain dari mempertahankan dirinya sehingga umat Islam harus mendukungnya,” ungkapnya.

Ia juga mengapresiasi atas diskusi ini dan berharap masyarakat bisa tercerahkan dengan materi dan wawasan yang diberikan oleh pemateri yang memiliki kapabilitas.

Diskusi ini menghadirkan empat narasumber utama yang mengupas konflik Iran-Israel dari berbagai perspektif: politik, diplomasi, budaya, hingga psiko-filosofis.

Mengawali diskusi, Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung menekankan bahwa konflik Iran-Israel tidak bisa lagi dianggap sebagai persoalan regional semata.

“Konflik ini adalah krisis kemanusiaan global. Implikasinya bisa meluas pada sektor energi dan ekonomi dunia. Masyarakat internasional harus waspada terhadap potensi eskalasi yang bisa memicu konflik global,” ujar Tamsil Linrung.

Dari sisi diplomatik, Konsuler Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta, Reza Ebrahimi, menyuarakan kegelisahan Teheran terhadap sikap ambigu Amerika Serikat.

“Iran diminta untuk berdialog, tetapi pada saat yang sama juga menjadi sasaran agresi militer. Ini membingungkan dan kontradiktif,” ungkapnya.

Pengamat Timur Tengah Hasibullah Sastrawi, mengulas dinamika politik kawasan yang menurutnya semakin kompleks.

“Israel dan Amerika memainkan strategi dua lengan—satu sisi diplomatik, sisi lain militer. Ini menjadikan konflik semakin multidimensi, melibatkan banyak aktor dan kepentingan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Harian Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Sulsel Mustari Mustafa menawarkan pendekatan yang unik dengan membedah konflik dari perspektif psikoanalisis Sigmund Freud

Perang adalah ekspresi dari naluri agresif manusia—dominasi Id atas Ego dan Superego. Dalam konflik Iran-Israel, ini tercermin dalam pertarungan eksistensial dan ideologis yang panjang,” jelasnya.

Ia menambahkan, “Hasrat untuk merasa lebih unggul, lebih benar, dan lebih sah adalah bentuk perilaku superior yang memperparah konflik. Hanya kesadaran moral kolektif yang bisa mengendalikan naluri destruktif ini.”

Dalam penutupan, seluruh narasumber sepakat bahwa dunia saat ini membutuhkan landasan etika global dalam menyikapi krisis kemanusiaan dan ancaman perang.

“Kita tidak hanya membutuhkan diplomasi politik, tapi juga kesadaran etik dan spiritual sebagai fondasi perdamaian,” ujar Sekretaris Umum MUI Sulsel,Prof Muammar Bakry.

Kesimpulan diskusi MUI menegaskan bahwa perang bukan solusi, melainkan ancaman nyata bagi peradaban manusia.

Diperlukan upaya bersama lintas bangsa dan agama untuk membangun nilai-nilai global yang mengedepankan kemanusiaan, dialog, dan keadilan.

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.