Prof Muammar Bakry Ulas Hukum Merayakan Isra Mikraj di Kemenag Sulsel

Makassar, muisulsel.or.id – Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel Prof Muammar Bakry menyampaikan Hikmah Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1446 H yang diadakan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan melalui Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat Wakaf.

Dalam penyampaian hikmah Isra’ Mi’raj Muammar Bakry mengungkapkan ada sebagian orang yang tidak bisa membedakan antara syiar denga syariah, sehingga menganggap peringatan Isra’ Mi’raj itu bid’ah.

Sebagian orang keliru memahami karena tidak tahu membedakan mana syiar yang mana syariah. Kalau kita kumpul-kumpul yang ada kaitannya dengan agama,itu jelas dalilnya, misalnya idul fitri dan idul adha, itu syariah,” ungkapnya di Aula Kanwil Kemenag Sulsel, Kamis 30 Januari 2024.

“Selalu itu yang menjadi dasar mereka bahwa tidak boleh lagi ada kegiatan keagamaan yang sifatnya massif kecuali Idul Fitri dan Idul Adha. diluar itu bid’ah,” sambungnya.

Rektor UIM Al Ghazali Makassar ini kemudian mengutip hadis Nabi wa kullu bid’atin dholalah, wa kullu dhalatin fin-naar. Setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah neraka

Jadi orang yang duduk-duduk memperingati Isra Mikraj itu bid’ah dan sesat, dan karena sesat pasti neraka. Jadi kita semua ini masuk neraka karena Isra’ Mi’raj, padahal Isra’ Mi’raj itu bukan merayakan tapi kita hanya memperingati,” jelasnya.

Ia kemudian menegaskan bahwa dalam hal syiar tak perlu mencari-cari dalillnya. “Laksanakan saja, beda kalau syariah harus cari dan jelas dalilnya,” ujarnya.

Prof Muammar berharap, Penyuluh Agama Islam dapat menjadi garda terdepan dalam menyampaikan hal tersebut kepada masyarakat.

“Saya khawatir kalau ini terus diviralkan, itu bisa mendelegitimasi kegiatan Isra’ Mi’raj sebagai mujizat Nabi kita Muhammad SAW. Sama halnya dengan peringatan Maulid. Penyuluh agama yang harus memberikan penyampaian ini kepada masyarakat,” imbaunya.

Sehubungan dengan tema yang diangkat pada kegiatan ini, yakni Isra’ Mi’raj sebagai Pondasi Spiritualitas Bangsa Menuju Indonesia Maju”, Muammar menuturkan bahwa peristiwa Isra’ Mikraj itu hanya dapat diterima bila pondasi keimanan dan spiritual seorang muslim kuat.

“Secara teori sampai hari ini teori-teori itu hanya mendekati saja. Satu-satunya yang bisa menerima hanya keimanan,” tuturnya.

Ditambahkan pula, sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW berada dalam puncak pepedihan dan kesedihan karena pamannya meninggal, istrinya meninggal, dan di Thaif Nabi dilempari batu

Tapi karena itu perjalanan spiritual, itu dinikmati oleh Nabi. Nabi diundang oleh Allah jalan-jalan, tour dan Nabi tidak lupa akan umatnya. Nabi kita pulang dengan membawa oleh-oleh yaitu salat,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Kanwil Kemenag Sulsel H. Ali Yafid dalam sambutannya mengatakan, peristiwa Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, dan hanya dengan pondasi keimanan yang kuat yang bisa menerimanya.

Persoalan Isra Mi’raj ini memang harus pondasi spiritual yang kuat yang bisa terima. Dan ini sejalan dengan gagasan Menteri Agama bahwa dalam menjalankan kementerian agama, kita harus menggunakan etos agama sebagai pondasi dalam bekerja,” ucapnya.

Ali Yafid berharap, ASN lingkup Kanwil Kemenag Sulsel dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa Isra’ Mi’raj, dimana sebelumnya Nabi Muhammad dalam kondisi kepedihan yang sangat dalam, namun Allah kemudian mengangkatnya.

“Saya mohon kepada ASN semuanya, jadikan ini sebagai pelajaran, ambil hikmahnya bahwa bila ujian itu diterima dengan ikhlas, tulus dan lapang dada, maka Allah SWT akan mengangkat derajat kita, membuat kita melejit,” katanya.

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.