Chamdar Nur, Lc,.SH,. S. Pd. I,. M. Pd. (Anggota MUI Sul-Sel Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional)
Makassar, muisulael.or.id – Di hari Jumat mulia yang penuh berkah yang merupakan hari raya sepekan, ada amalan yang sering kali dijadikan bahan diskusi hangat, shalat sunnah sebelum sholat Jum’at. Tak sedikit yang menganggap bahwa setelah adzan Jum’at dikumandangkan, tidak ada lagi shalat sunnah yang disyariatkan. Padahal, anggapan ini perlu diluruskan berdasarkan dalil dan konteksnya.
Setiap orang yang memasuki masjid, dianjurkan untuk tidak duduk sebelum menunaikan dua rakaat sebagai penghormatan terhadap masjid. Ini berlaku umum, termasuk di hari Jum’at, bahkan ketika khatib sudah duduk di mimbar.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ، فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari & Muslim).
Dan ini berlaku bahkan ketika khatib telah naik mimbar dan khutbah dimulai, sebagaimana dalam hadits shahih dari Jabir bin Abdullah
جَاءَ سُلَيْكٌ الغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الجُمُعَةِ، وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ، فَجَلَسَ، فَقَالَ لَهُ: “يَا سُلَيْكُ، قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا
Artinya: “Datang Sulaik Al-Ghathafani pada hari Jum’at, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedang berkhutbah, lalu ia duduk. Maka Rasul shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Wahai Sulaik, bangkit dan shalatlah dua rakaat, dan ringankanlah keduanya.'” (HR. Muslim).

(anggota Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI Sulsel)
Ini adalah dalil yang sangat jelas bahwa shalat sunnah (dalam hal ini Tahiyyatul Masjid) masih diperbolehkan bahkan setelah adzan dan saat khutbah dimulai, selama belum duduk mendengarkan khutbah.
Di banyak negeri Islam, masjid melaksanakan dua adzan pada hari Jum’at, mengikuti sunnah Utsman bin Affan radhiallahu anhu. Adzan pertama biasanya dilakukan sebelum khatib naik mimbar untuk memberi isyarat agar jamaah segera bersiap-siap.
Adzan pertama ini membuka peluang untuk shalat sunnah mutlak. Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak membatasi jumlah rakaatnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ، بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ، ثُمَّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ: لِمَنْ شَاءَ
Artinya: “Antara dua adzan ada shalat. Antara dua adzan ada shalat.” Lalu pada kali ketiga beliau berkata: “Bagi siapa yang mau.” (HR. Bukhari & Muslim).
Yang dimaksud dengan dua adzan di sini adalah adzan dan iqamah, dan dalam konteks Jum’at bisa juga ditarik makna bahwa antara adzan pertama dan kedua, jamaah disunnahkan memperbanyak shalat sunnah mutlak sesuai kemampuan dan kesiapan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah termasuk ulama yang menegaskan disyariatkannya shalat sunnah mutlak sebelum Jum’at, terlebih bagi yang datang lebih awal ke masjid sebelum khutbah dimulai. Bahkan, beliau sendiri mengamalkannya, sebagaimana diriwayatkan oleh murid beliau, Ibnu Qayyim rahimahullah
وَكَانَ شَيْخُنَا إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، يُصَلِّي مَا تَيَسَّرَ لَهُ، وَيَطُولُ فِي الصَّلَاةِ، وَلَا يُحْصِي رَكَعَاتِهَا، فَهَذِهِ صَلَاةٌ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْخُطْبَةِ، صَلَاهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَغَيْرُهُ، وَهِيَ مَسْنُونَةٌ.
Artinya: “Guru kami (Ibnu Taimiyah) jika masuk masjid pada hari Jum’at, beliau shalat semampunya dan memanjangkan shalatnya, tanpa menghitung jumlah rakaatnya. Inilah shalat antara adzan dan khutbah yang dilakukan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan selain beliau. Shalat ini adalah sunnah. (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zadul Maʿad).
Dan Syaikh Bin Baz rahimahullah juga berkata
من دخل المسجد قبل الجمعة فله أن يصلي ما تيسر من الركعات، يصلي ركعتين، أربع ركعات، ست ركعات، أكثر، أقل، إلى أن يحضر الإمام.
Artinya: “Barang siapa masuk masjid sebelum shalat Jum’at, maka ia boleh shalat sebanyak yang dia mampu: dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, lebih banyak, lebih sedikit, hingga imam (khatib) datang.” (Majmu‘ Fatawa).
Di antara dua adzan (adzan pertama dan kedua), adalah waktu yang sangat strategis untuk shalat sunnah mutlak, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan memperbanyak doa.
Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda
فِيهِ سَاعَةٌ، لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ، وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي، يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا، إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
Artinya: “Di dalamnya terdapat satu waktu, tidaklah seorang hamba muslim mendapati waktu itu dalam keadaan berdiri shalat seraya memohon kepada Allah sesuatu, kecuali Allah akan memberikannya kepadanya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Ulama banyak berpendapat bahwa waktu yang dimaksud ini adalah sebelum khatib dipersilahkan naik mimbar hingga selesai shalat Jum’at. Maka berdoa dan shalat di antara dua adzan menjadi amalan mulia yang sangat sayang dilewatkan.
Dan tidak dipungkiri di beberapa masjid hanya mengumandangkan satu kali adzan. Dalam kondisi ini, waktu untuk melaksanakan shalat sunnah sangat terbatas. Maka, setelah menunaikan shalat tahiyyatul masjid, seyogianya seseorang langsung mengarahkan perhatiannya untuk mendengarkan khutbah dengan penuh khusyuk. Tidak perlu menambah rakaat shalat sunnah lainnya, karena pada saat itu kewajiban utama adalah menyimak khutbah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam
إِذَا قَالَ الإِمَامُ يَوْمَ الجُمُعَةِ: أَنْصِتُوا، فَقَدْ جَاءَ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَأَنْصِتُوا
Artinya: “Apabila imam telah datang (naik mimbar) dan berkhutbah pada hari Jum’at, maka diam dan dengarkanlah.”(HR. Bukhari)
Maka, amalan sunnah pada hari Jumat saat di masjid mencakup beberapa hal penting yang seyogianya diamalkan oleh setiap muslim. Pertama, melaksanakan shalat tahiyyatul masjid ketika masuk masjid, meskipun khutbah telah dimulai, karena ini termasuk bentuk penghormatan terhadap rumah Allah. Kedua, dianjurkan pula shalat sunnah mutlak sebelum khutbah, terutama di antara dua adzan, sebagai bentuk penyambutan terhadap waktu mulia. Ketiga, memperbanyak doa di sela-sela dua adzan merupakan amalan yang sangat dianjurkan, karena termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Keempat, setelah khatib naik mimbar, hendaknya setiap jamaah diam dan mendengarkan khutbah dengan penuh perhatian dan kekhusyukan, karena ini merupakan bagian dari adab dan penghormatan terhadap ibadah Jumat.
Dengan demikian, jika di masjid hanya dikumandangkan satu kali adzan tepat ketika khatib naik mimbar, maka hendaknya jamaah langsung fokus untuk mendengarkan khutbah. Namun jika dikumandangkan dua kali adzan, maka dianjurkan untuk memperbanyak shalat sunnah mutlak, membaca Al-Qur’an, dan berdoa hingga adzan kedua dan khatib naik mimbar. Semua ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan adab, keseimbangan, dan pengagungan terhadap waktu-waktu ibadah.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ قُلُوبَنَا مُعَلَّقَةً بِالْمَسَاجِدِ، وَرُكُوعَنَا وَسُجُودَنَا شَاهِدًا لَنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَارْزُقْنَا حُسْنَ الْأَدَبِ فِي بُيُوتِكَ، وَالْخُشُوعَ فِي خُطَبِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، وَالْإِقْبَالَ عَلَى كُلِّ سُنَّةٍ شَرَعْتَهَا لِعِبَادِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
Artinya: “Ya Allah, jadikan hati kami selalu terpaut dengan masjid, rukuk dan sujud kami sebagai saksi ketaatan saat kami menghadapMu, anugerahkan kepada kami adab yang mulia di rumahMu, kekhusyukan saat mendengarkan khutbah Jum’at, dan semangat menghidupkan setiap sunnah yang Engkau syariatkan kepada hamba-hambaMu. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Aamiin ..
Irfan Suba Raya