Chamdar Nur, Lc,.SH,. S.Pd. I,.M. Pd. (Anggota MUI Sul-Sel Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional)
Makassar, muisulsel.or.id – Dalam syariat Islam yang suci, tugas amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) bukan hanya kewajiban individu atau para ulama saja. Ia adalah kewajiban kolektif yang lebih besar, terutama ketika diemban oleh mereka yang memiliki kekuasaan dan otoritas, yaitu pemerintah. Karena merekalah yang memiliki kuasa kebijakan dan perangkat hukum, serta bisa menjangkau masyarakat secara luas, maka tugas ini semestinya berada di pundak mereka dengan kesungguhan dan tanggung jawab penuh.
Allah ta‘ala berfirman
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ
Artinya: “Orang-orang yang jika Kami berikan kekuasaan di muka bumi, mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar…” (QS. Al-Hajj: 41).
Ayat ini menjelaskan bahwa tanda pemimpin yang diridhai Allah adalah yang menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai bagian dari sistem kekuasaannya. Bukan sekadar simbol atau pidato, tapi diwujudkan dalam bentuk aturan, penegakan hukum, dan perlindungan terhadap nilai-nilai syariat.
Sungguh berbeda antara sekadar mengeluarkan fatwa, yang sifatnya tidak mengikat hukum negara, dengan penerapan kebijakan yang memiliki sanksi dan pengaruh hukum. Fatwa ulama adalah cahaya petunjuk, namun akan lebih terang dan bermanfaat ketika fatwa itu ditegakkan oleh tangan-tangan berwenang yang adil. Inilah makna dari firman Allah ta’ala
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar…” (QS. Ali ‘Imran: 104).
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitab I‘lam Muwaqqi‘in bahwa pemerintahan yang adil yang menegakkan syariat adalah bentuk rahmat Allah bagi umat manusia. Sebab, hukum Allah bukan sekadar teori, tapi jalan hidup yang harus ditegakkan oleh kekuasaan agar maslahat dapat dirasakan dan mafsadat dapat dicegah.

قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله.السلطان ظلّ الله في الأرض، يأوي إليه كل مظلوم
Artinya: “Penguasa adalah naungan Allah di bumi, tempat berlindungnya setiap orang yang terzhalimi.” (Majmu‘ Fatawa)
Ketika pemerintah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara sungguh-sungguh, maka kebaikan dan keberkahan akan mengalir dari atas hingga ke bawah. Maka langit akan menurunkan berkahnya, dan bumi akan menumbuhkan keberkahannya.
Sebagaimana firman Allah ta’ala
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْض
Artinya: “Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A‘raf: 96).
Namun jika tugas ini diabaikan oleh pihak yang berwenang, maka kemungkaran akan terus menyebar, dan akhirnya menjadi wabah yang sulit dikendalikan. Maka, pemerintah yang lalai dari tugas ini hakikatnya sedang membuka pintu kebinasaan kolektif.
قال الإمام ابن تيمية رحمه الله بصلاح الولاة تصلح الرعية، وإذا فسدوا فسد الناس
Artinya: “Jika para pemimpin baik, maka rakyat akan baik. Dan jika mereka rusak, maka rusaklah manusia.”(Minhajus Sunnah).
Oleh karena itu, betapa pentingnya bagi pemerintah untuk menyadari bahwa posisi mereka bukan sekadar administratif dan birokratis, tapi posisi amanah syar‘i yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Bila mereka memadukan fatwa ulama dengan kebijakan yang tegas, serta menindak segala bentuk penyimpangan terhadap syariat, maka kemaslahatan akan terjaga dan berkah Allah akan tercurah bagi negeri dan rakyatnya.
اللَّهُمَّ اهْدِ وُلاةَ أُمُورِنَا، وَاجْعَلِ الْحَقَّ عَلَى أَيْدِيهِمْ، وَارْزُقْهُمُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ الَّتِي تَدُلُّهُمْ عَلَى الْخَيْرِ وَتُعِينُهُمْ عَلَيْهِ، وَاصْرِفْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ، وَاجْعَلْهُمْ سَبَبًا لِهُدَى الْبِلَادِ وَعِزِّ الْعِبَادِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
Artinya: “Ya Allah, berilah petunjuk kepada para pemimpin kami, jadikanlah kebenaran berada di tangan mereka. Anugerahkan kepada mereka pendamping-pendamping yang saleh, yang menunjukkan mereka kepada kebaikan dan membantu mereka untuk melaksanakannya. Jauhkan dari mereka pendamping yang jahat. Jadikanlah mereka sebagai sebab petunjuk negeri dan kemuliaan rakyat, wahai Rabb semesta alam.”
Aamiin…
Irfan Suba Raya
