Keindahan Struktur Kalimat Tauhid

Chamdar Nur, Lc,.SH,. S. Pd. I,.M. Pd. (Anggota MUI Sul-Sel Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional)

Makassar, muisulsel.or.id – Kalimat tauhid لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ adalah ruh Islam dan inti dakwah seluruh nabi dan rasul. Ia adalah kalimat yang membuka pintu hidayah, membedakan antara keimanan dan kekufuran, serta menjadi jaminan keselamatan bagi siapa pun yang mengucapkannya dengan jujur dan penuh keikhlasan.

فَاعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ

Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad: 19).

مَن قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ، دَخَلَ الْجَنَّةَ

Artinya: “Barangsiapa mengucapkan La ilaha illallalah dengan tulus dari hatinya, niscaya ia akan masuk surga.” (HR. Ahmad)

Kalimat tauhid terdiri dari dua bagian utama yang sangat kuat yang juga biasa disebut dengan rukun kalimat Tauhid, secara linguistik (bahasa arab) dan teologis (Aqidah), yakni nafy (penafian) dan itsbat (penetapan)

1. Nafy (Penafian) لَا إِلَهَ

Kalimat ini menafikan seluruh bentuk sembahan selain Allah. Tidak ada satu pun yang layak disembah, baik malaikat, nabi, wali, matahari, berhala, maupun hawa nafsu.

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ ٱلْبَـٰطِلُ

Artinya: “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang hak, dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang batil.” (QS. Al-Hajj: 62).

2. Itsbat (Penetapan) إِلَّا اللَّهُ

Setelah penafian, kalimat ini menetapkan hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah, karena Dialah satu-satunya Rabb yang memiliki sifat Uluhiyyah (ketuhanan) mutlak.

وَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَـٰنُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163).

Maka, secara linguistik, struktur ini menunjukkan kekuatan makna, dimulai dengan penafian seluruh bentuk sembahan (la ilaha), lalu diikuti dengan penetapan eksklusif (khusus) hanya kepada Allah semata (illallah).

Adapun secara teologis, rukun ini menegaskan bahwa tauhid bukan sekadar menambahkan keimanan kepada Allah, tetapi juga menolak segala bentuk sekutu dalam ibadah dan penghambaan.

Sehingga kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ mengandung makna yang sangat dalam. Ia bukan hanya ucapan lisan, tetapi harus dibangun di atas ilmu, keyakinan, dan amal.

إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya: “Kecuali orang yang bersaksi dengan kebenaran (kalimat tauhid) sedang mereka mengetahui (maknanya).” (QS. Az-Zukhruf: 86).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda

مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ

Artinya: “Barangsiapa mengucapkan, La ilaha illallah, niscaya dia masuk surga.” (HR. Bukhari).

Namun, para ulama salaf menekankan bahwa ucapan ini harus memenuhi tujuh syarat yang terangkum dalam ungkapan indah

العِلْمُ، اليَقِينُ، القَبُولُ، الإِنْقِيَادُ، الصِّدْقُ، الإِخْلَاصُ، المَحَبَّةُ

(Tauhid memiliki tujuh syarat, Ilmu, keyakinan, penerimaan, ketundukan, kejujuran, keikhlasan, dan kecintaan.)

Tauhid bukan hanya tema awal dalam Islam, tapi inti dari seluruh dakwah para nabi.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul (yang menyerukan): ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl: 36).

Tauhid juga merupakan inti perjanjian antara Allah dan seluruh keturunan Adam alaihi salam

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ… أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam… (berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabb kalian?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Rabb kami).’” (QS. Al-A‘raf: 172).

Kalimat tauhid bukan hanya kunci keimanan, tapi peta hidup. Ia menuntun manusia untuk mengenal Allah, tunduk kepadaNya, dan hanya bergantung kepadaNya. Barangsiapa menjadikan tauhid sebagai poros kehidupannya, maka ia akan kokoh dalam ujian, lapang dalam sempit, dan selamat di akhirat.

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ

Artinya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (kalimat tauhid) dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (QS. Ibrahim: 27).

Oleh karena itu, kalimat la ilaha illallah mengajarkan kepada kita tentang arah ibadah yang lurus, yakni hanya kepada Allah ta‘ala semata. Ia bukan sekadar syarat masuk Islam, tetapi merupakan pondasi utama untuk menjalani hidup dengan benar. Maka, memahami maknanya, meyakininya sepenuh hati, dan mengamalkannya dalam keseharian adalah bentuk pendidikan tauhid yang sejati, yang akan mengantarkan seorang hamba kepada kemuliaan hakiki di akhirat kelak.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ التَّوْحِيدِ، الَّذِينَ قَالُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، وَآمَنُوا بِكَ، وَلَمْ يُشْرِكُوا بِكَ شَيْئًا، وَتَوَفَّنَا عَلَى كَلِمَةِ التَّقْوَى، وَاجْعَلْ آخِرَ كَلَامِنَا فِي الدُّنْيَا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hambaMu yang bertauhid, yang mengucap La ilaha illa anta, beriman kepadaMu, tidak menyekutukanMu, wafatkan kami di atas kalimat takwa, dan jadikan akhir ucapan kami di dunia ini, La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah.”

Aamiin …

 

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.