Ketika Iman Tergoyahkan: Refleksi di Tengah Kekaguman pada Agama Lain

Asnawin Aminuddin (Komisi Kominfo MUI Sulsel / Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)

Makassar, muisulsel.or.id – Sebuah video yang memperlihatkan sosok mantan menteri, mantan direktur utama salah satu BUMN, seorang pengusaha, sekaligus wartawan dan penulis, tengah berpidato dalam sebuah acara, kini viral di media sosial. Dalam video tersebut, ia berbagi kekagumannya terhadap sebuah agama baru yang berkembang pesat di salah satu negara Asia.

“Di sana diajarkan bahwa agama ini tidak boleh memiliki tempat ibadah. Umatnya juga dilarang melaksanakan sembahyang dalam bentuk apapun. Tidak ada doa, tidak ada rumah ibadah, tidak ada ritual sembahyang,” ungkap sang mantan menteri dengan penuh kekaguman.

Bukan kali pertama ia menjadi sorotan. Tahun lalu, video pendek lainnya juga sempat beredar luas, memperlihatkan dirinya mengangkat patung dewa dengan penuh kehati-hatian, membawanya menuju altar di sebuah klenteng.

Beberapa waktu yang lalu, ia menulis sebuah artikel berjudul “Pikul Agama” dan mengisahkan partisipasinya dalam memikul tandu Dewa Cheng Ho di sebuah klenteng lainnya.

Apa yang ia lakukan—dari kekagumannya terhadap agama baru hingga memuja dewa-dewa dalam upacara keagamaan—tentu menimbulkan pertanyaan besar. Sebagai seorang muslim, tindakan tersebut seharusnya tidak dilakukan.
Pengagungan terhadap dewa-dewa dalam agama lain adalah hal yang bisa menggoyahkan keimanannya, bahkan berpotensi mengeluarkannya dari agama Islam.

Dua video yang tersebar luas di media sosial dan platform berita, tentu menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Tak sedikit yang merasa terkejut melihat sosok yang dulunya dianggap sebagai tokoh panutan, kini terlibat dalam ritual keagamaan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Beberapa bahkan dengan cepat mencap dirinya telah murtad—keluar dari Islam.

Bahkan, kabarnya seorang saudara dekatnya telah memohon agar ia tak lagi menggunakan nama ayah mereka di belakang namanya, karena ayahnya pasti akan merasa sedih jika melihatnya mengikuti ritual di klenteng. Pernyataan ini tentu memancarkan betapa dalamnya kekecewaan yang dirasakan keluarganya.

Lalu, apa yang menyebabkan seorang muslim bisa terpesona dengan agama lain, bahkan sampai terseret jauh dan kehilangan identitasnya sebagai seorang muslim? Salah satu jawabannya terletak pada kurangnya pemahaman yang mendalam tentang agama Islam itu sendiri.

Seorang muslim yang jarang mendatangi masjid, jarang melaksanakan shalat berjamaah, abai dalam membaca Al-Qur’an, dan jauh dari pengajian serta kajian agama, cenderung memiliki iman yang rapuh.

Mereka yang lebih banyak membaca buku-buku pengetahuan umum, sejarah tokoh-tokoh dunia, atau ideologi non-Islam, dan bergaul dengan orang-orang yang juga jauh dari nilai-nilai Islam, lama-kelamaan akan merasakan ketidakseimbangan dalam pemikirannya.

Ketika pengetahuan agama tidak dikuatkan dan lebih sering terpapar oleh ide-ide luar yang menyilaukan, tak heran jika imannya tergeser oleh pandangan lain yang lebih mendominasi. Inilah yang mungkin terjadi pada tokoh kita.

Tentu sangat disayangkan jika tokoh panutan, yang telah diberi nikmat menjadi seorang haji dan berkesempatan beberapa kali melaksanakan umrah, terjerumus ke dalam jalan yang jauh dari ajaran Islam.

Pengaruhnya sebagai seorang publik figur bisa membahayakan keimanan muslim lainnya, karena tindakan dan pandangan yang menyimpang dari Islam bisa dengan mudah ditiru oleh orang yang mengaguminya.

Harapan kita semua, semoga tokoh ini segera tersadar dan kembali ke jalan yang lurus, memeluk Islam dengan sepenuh hati. Sebuah kehormatan besar baginya telah berkesempatan mengunjungi Baitullah—tempat yang didambakan oleh banyak muslim di seluruh dunia.

Semoga kesadaran dan penyesalan menghampirinya, agar ia kembali ke pelukan rahmat Allah SWT, sebagaimana ia pernah menikmati manisnya ibadah haji dan umrah.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.