Biasakanlah Diri Menjaga Wudhu

Oleh: Asnawin Aminuddin, Komisi Komunikasi, Informasi, dan Pemeliharaan Dokumentasi MUI Sulsel

OPINI, muisulsel.com — Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dari Abu Hurairah RA, Rasulullah mengucapkan salam kepada penghuni kuburan, “Salam atas kalian wahai penghuni (kuburan) tempat orang-orang beriman. Aku insya Allah akan menyusul kalian. Aku ingin sekali berjumpa saudara-saudaraku.”

Mereka (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah kami saudaramu?”
Beliau bersabda, “Kalau kalian adalah para sahabatku. Saudara-saudaraku adalah mereka (orang-orang beriman) yang belum ada sekarang ini dan aku akan mendahului mereka di telaga.”

Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana engkau mengenali orang-orang (beriman) yang datang setelah engkau dari kalangan umatmu?”

Beliau bersabda, “Bukankah jika seseorang punya kuda yang sebagian kecil bulunya putih akan mengenali kudanya di tengah kuda-kuda yang hitam legam?”

Mereka menjawab, “Ya.”
Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya mereka akan datang pada hari kiamat dengan cahaya putih karena wudhu. Dan aku akan menunggu mereka di telaga.”

Dalam versi lain, kisah ini diriwayatkan oleh Muslim, bahwa pernah suatu ketika Rasulullah mengantar jenazah salah satu sahabat. Setelah dikubur, beliau mengatakan, “Mintalah pertolongan kepada Allah dari azab kubur, mintalah pertolongan kepada Allah dari azab kubur, mintalah pertolongan kepada Allah dari azab kubur.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengatakan, “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku).”
Sahabat Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Tidak, wahai Abu Bakar. Kalian adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku. Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku, dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.”

Para sahabat Rasulullah kemudian berpikir, jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ingin berjumpa dengan umatnya bagaimana ia mengenalinya. Akhirnya sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana engkau mengenali mereka nanti di hari kiamat?”

Rasulullah menjawab, “Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”

Para sahabat menjawab, “Tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya.”
Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda, “Sejatinya umatku pada hari kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia.”

Allah SWT berfirman dalam Qur’an, Surah Ali Imran, surah ke-3 dalam Al-Qur’an, ayat 106: “Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Ada pun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), ‘Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.”

Bilal bin Rabah

Tentang wudhu, ada kisah menarik pada diri Bilal bin Rabah, seorang mantan budak yang masuk Islam dan kemudian menjadi muadzin pertama Rasulullah Muhammad SAW di Madinah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku tentang satu amalan yang engkau lakukan di dalam Islam yang paling engkau harapkan pahalanya, karena aku mendengar suara (langkah) kedua sandalmu di surga.”

Bilal menjawab, “Tidak ada amal yang aku lakukan yang paling aku harapkan pahalanya dari pada aku bersuci pada waktu malam atau siang, pasti aku melakukan shalat dengan wudhu tersebut sebagaimana yang telah ditetapkan untukku.” (Muttafaqun ‘alaih)

Artinya, Bilal selalu menjaga wudhunya. Setiap wudhunya batal, maka ia langsung berwudhu lagi, dan setiap selesai berwudhu, ia langsung melaksanakan shalat sunat dua rakaat.

Mari kita membiasakan diri menjaga wudhu sebagaimana yang dilakukan Bilal, dan semoga dengan selalu menjaga wudhu, kita termasuk umat yang wajahnya putih berseri di akhirat nanti, amin.■

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.