GORESAN PAGI: Ketenangan Beribadah Berpangkal Pada Kalbu yang Tenang

Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA (Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)

Makassar, muisulsel.or.id – Di tubuh manusia terdapat sebongkah daging, jika itu baik maka baiklah seluruh jiwa raganya sebaliknya juga begitu, itulah kalbu yang menjadi pusat kendali manusia termasuk akal manusia juga tunduk pada kalbunya.

Kalbu ini berupa sesuatu yang unik pada manusia dan jin, itu tidak dimiliki oleh makhluk manapun termasuk malaikat, di dalamnya dititip taklif atau beban perintah dan larangan oleh Allah swt, bila seseorang itu taat maka kalbunya penuh iman dan taqwa, sebaliknya bila seseorang lalai kalbunya maka ia cenderung ingkar dari perintah Allah dan tidak mengagungkan syiar- syiar Allah Swt ;
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.

Ketakwaan hati di sini bermakna takwa kalbu, kalbu didiami rasa tenang dan sakinah.Agar selalu mendapatkan sakinah maka perlu pembiasaan ditekuni wujudnya setiap hari.Islam mengajarkan umat senantiasa bersikap tenang bila mereka menjalani kehidupan keseharian, hal yang pertama dikerjakan seorang muslim ialah tenang dan terukur di saat ibadah kepada Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw mengajarkan hal penting dalam ibadah utama seperti shalat lima waktu, dilakukan setenang mungkin
إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَلاَ تَأتُوهَا وَأنْتُمْ تَسْعَونَ، وَأتُوهَا وَأنْتُمْ تَمْشُونَ، وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ، فَمَا أدْرَكْتُم فَصَلُّوا وَمَا فَاتكُمْ فَأَتِمُّوا)). متفقٌ عَلَيْهِ.
زاد مسلِمٌ في روايةٍ لَهُ: ((فَإنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا كَانَ يَعْمِدُ إِلَى الصَّلاَةِ فَهُوَ في صَلاَةٍ)).
Rasul Saw., bersabda; Jika shalat diiqamat jangan datangi jamaah dengan kondisi tergesa- gesa, datangilah shalat jamaah dengan berjalan baik, lakukanlah sakinah/ ketenangan, rakaat yang kalian dapatkan ikuti, yang terlewatkan/masbuk sempurnakan, imam Muslim menambahkan riwayat; Jika kalian menyengaja shalat jamaah, maka telah digolongkan orang melaksanakan shalat.

Imam Nawawi (Rahimahullah) memaknai sakinah itu bersikap pelan-pelan bergerak dan tidak konyol, berkarisma dalam bahasa tubuh ; batasi pandangan, kecilkan suara dan hindarkan tengok tak diperlukan ke arah kiri atau kanan.
Dalam riwayat lain bahwa Ibnu Abbas ra bersama Nabi Saw saban waktu berada di padang Arafah, mereka berhaji, di saat sholat hendak ditunaikan secara berjamaah, terdengar keributan di belakang mereka, ada suara pukul- pukulan, kegaduhan dan lainnya, Nabi lalu memukulkan campuk dan berkata lantang;: ((أيُّهَا النَّاسُ، عَلَيْكُمْ بالسَّكِينَةِ، فَإنَّ الْبِرَّ لَيْسَ بالإيضَاعِ)). رواه البخاري، وروى مسلم بعضه.
Rasul Saw., Menegaskan; Hai manusia tenanglah kebajikan itu bukan dengan cara bercepat-cepat.

Maknanya adalah kebaikan itu sempurna terlaksana bila itu dilakukan dengan tunduk, khusyu dan tenang. Pelaksanaan ibadah bila itu dicanangkan oleh hati maka itu sudah dituliskan utuh di sisi Allah pengerjaannya, apa perlunya tergesa-gesa, hanya akan mengakibatkan kekhilafan.

Ketenangan beribadah membuahkan hasil jiwa yang tenang, shalat yang menentramkan hati , bahkan ibadah yang tenang membias pada perbuatan cegah diri kekejian dan kemungkaran. Wallahu A’lam.

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.