Munawir Kamaluddin
Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun peradaban yang maju dan bermartabat. Dalam proses pendidikan, guru memegang peranan sentral sebagai pendidik, pembimbing, dan pencetak generasi penerus bangsa.
لَوْ كَانَتِ الدَّوَابُّ تَشْكُرُ لَشَكَرَتِ الْمُعَلِّمَ
“Andai binatang saja tahu bersyukur, maka mereka pasti bersyukur kepada guru.” (Umar Bin Khattab)
Pada momen peringatan Hari Guru Nasional yang mengusung tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” kita diingatkan kembali akan pentingnya peran guru dalam menciptakan generasi muda yang cerdas, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Namun, di tengah ekspektasi yang besar ini, para guru, terutama yang berstatus honorer, dihadapkan pada berbagai persoalan mendasar yang belum terselesaikan.
Realitas menunjukkan bahwa banyak guru honorer yang harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara mereka dituntut untuk terus meningkatkan profesionalisme dan dedikasi mereka.
Kesenjangan antara tanggung jawab besar yang mereka emban dengan kompensasi yang diterima menciptakan dilema yang sulit. Dedikasi yang tulus sering kali harus bertarung dengan ketidakpastian status dan penghargaan yang belum proporsional.
Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana negara hadir untuk memberikan penghormatan dan apresiasi terhadap para guru, terutama mereka yang masih berstatus honorer?
Dalam perspektif Islam, guru memiliki kedudukan yang sangat mulia. Rasulullah SAW. menekankan pentingnya ilmu dan orang-orang yang menyebarkannya.
Oleh karena itu, kewajiban memberikan penghormatan kepada guru tidak hanya menjadi tanggung jawab moral, tetapi juga amanah agama yang harus dijunjung tinggi. Firman Allah:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Tulisan ini bermaksud untuk mengupas secara mendalam problematika guru dalam konteks kekinian, khususnya pada dilema antara dedikasi dan kompensasi, serta perlunya kehadiran negara untuk memberikan penghargaan yang lebih proporsional. Melalui pendekatan holistik, dan komprehensif, tulisan ini juga akan menelaah pentingnya peran guru dalam membangun bangsa yang kuat,
Oleh karena itu mari jadikan momen Hari Guru Nasional ini sebagai langkah awal untuk merefleksikan komitmen kita terhadap para pendidik yang telah berjuang tanpa tanda jasa demi masa depan bangsa karena pada hakikatnya republik ini memiliki utang yang tak akan pernah terbayarkan oleh jasa dan kontribusi guru dalam membangun persada ini.
Guru Hebat, Indonesia Kuat: Refleksi Hari Guru Nasional
Dalam tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” tersirat sebuah harapan besar akan peran guru sebagai penggerak utama pendidikan bangsa. Namun, di balik harapan tersebut, guru di Indonesia saat ini berada dalam dilema besar: antara dedikasi yang tulus dan kompensasi yang belum memadai, serta profesionalisme yang dituntut tinggi namun seringkali tidak diimbangi dengan penghargaan yang proporsional. Situasi ini mengindikasikan perlunya perhatian negara terhadap loyalitas, integritas, dan pengorbanan guru, terutama mereka yang masih berstatus honorer.
Problematika Guru di Persimpangan Jalan
1. Dedikasi vs. Kompensasi
Guru diharapkan untuk berperan sebagai pendidik, pembimbing, fasilitator, hingga motivator. Namun, kompensasi yang diterima, terutama oleh guru honorer, sering tidak mencerminkan tanggung jawab besar yang mereka emban. Banyak dari mereka hidup dalam keterbatasan ekonomi, yang menguji ketulusan dedikasi mereka terhadap profesi mulia ini. Allah berfirman:
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap usaha manusia harus dihargai. Upaya guru dalam mencerdaskan bangsa adalah salah satu bentuk amal mulia yang selayaknya dihormati dan diapresiasi secara adil.
2. Profesionalisme vs. Reward
Guru seringkali dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas dan profesionalismenya melalui pelatihan, sertifikasi, dan inovasi pembelajaran. Namun, penghargaan terhadap upaya ini tidak selalu terwujud dalam bentuk yang layak, baik dari segi finansial maupun pengakuan sosial.
Rasulullah SAW. bersabda dalam sebuah haditts:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang ketika melakukan pekerjaan, ia melakukannya dengan sempurna.”
(HR. Al-Baihaqi)
Hadis ini mendorong para guru untuk terus meningkatkan kualitas kerja mereka. Namun, negara dan masyarakat juga memiliki kewajiban untuk memberikan penghargaan yang sesuai atas dedikasi tersebut.
Pentingnya Kehadiran Negara
Negara memiliki tanggung jawab sekaligus utang yang sangat besar untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang adil dan mendukung, termasuk penghormatan terhadap guru honorer.
Dalam Islam, pemimpin memiliki kewajiban untuk memperhatikan rakyatnya, termasuk guru sebagai pilar pendidikan.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
لَوْ كَانَتِ الدَّوَابُّ تَشْكُرُ لَشَكَرَتِ الْمُعَلِّمَ
“Andai binatang saja tahu bersyukur, maka mereka pasti bersyukur kepada guru.”
Ungkapan ini menunjukkan tingginya penghargaan terhadap guru. Negara sebagai pemimpin harus menjadi teladan dalam memberikan apresiasi kepada guru, baik melalui pengakuan status mereka maupun kompensasi yang layak.
Relevansi Konteks Kekinian
Di era modern, tantangan pendidikan semakin kompleks. Teknologi dan digitalisasi menuntut guru untuk terus beradaptasi. Namun, tanpa dukungan yang memadai, upaya ini menjadi beban tambahan bagi guru honorer. Mereka membutuhkan:
1. Pengakuan status: Perlunya regulasi yang memastikan pengangkatan guru honorer menjadi pegawai tetap dengan hak-hak yang jelas.
2. Kompensasi yang layak: Penyesuaian gaji agar sesuai dengan standar kehidupan yang layak.
3. Dukungan pelatihan dan fasilitas: Untuk menghadapi tantangan pembelajaran di era digital dan dalam rangka mengantisipasi perubahan dan aneka dinamika di zaman percepatan dan kemodernan kedepan.
Solusi Berbasis Nilai Islam
Islam menekankan pentingnya menghormati dan memuliakan guru. Dalam konteks modern, ini dapat diterjemahkan melalui langkah konkret seperti kebijakan afirmatif bagi guru honorer dan program apresiasi bagi guru berprestasi. Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menegaskan pentingnya ilmu dan penghormatan kepada mereka yang menyebarkannya, yaitu para guru. Maka, negara memiliki kewajiban untuk menempatkan guru pada posisi yang terhormat.
Sehingga dengan demikian dengan Tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” hanya dapat diwujudkan jika guru, terutama yang honorer, mendapatkan penghormatan dan apresiasi yang layak. Dalam Islam, menghormati guru adalah bagian dari menghormati ilmu.
Negara dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung peran guru, sehingga mereka dapat mendidik generasi muda dengan optimal.
Sebagaimana sabda Nabi SAW.
مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا فَأَنَا لَهُ عَبْدٌ
“Barangsiapa mengajarkan kepadaku satu huruf, maka aku adalah budaknya.”
(HR. Abu Nu’aim, Hilyatul Awliya)
Hadis ini menggarisbawahi pentingnya penghormatan kepada guru sebagai penjaga ilmu dan peradaban. Semoga Hari Guru Nasional ini menjadi momentum untuk mengukuhkan komitmen kita dalam mendukung guru sebagai pilar utama bangsa yang kuat.
Penutup dan Kesimpulan
Guru adalah pelita peradaban, pembimbing yang tak kenal lelah dalam mencetak generasi penerus bangsa. Dalam tema Hari Guru Nasional “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” tersirat pengakuan bahwa masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas guru. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa banyak guru, terutama yang berstatus honorer, masih berada di persimpangan jalan antara dedikasi dan kompensasi, serta antara profesionalisme dan penghargaan yang mereka terima.
Islam memberikan tempat yang sangat mulia bagi guru. Firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah: 11 mengingatkan bahwa orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya, termasuk mereka yang mendidik dan menyebarkan ilmu. Rasulullah ﷺ juga menekankan pentingnya menghormati guru dan ilmu yang mereka ajarkan. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk memuliakan guru bukan hanya tanggung jawab pribadi atau institusi pendidikan, tetapi juga tanggung jawab negara.
Dalam konteks kekinian, peran negara menjadi sangat vital. Negara harus hadir dengan kebijakan yang lebih berpihak kepada guru, khususnya mereka yang masih berstatus honorer. Kompensasi yang layak, pengakuan status, serta dukungan untuk pengembangan profesionalisme guru harus menjadi prioritas. Dengan demikian, loyalitas, integritas, dan dedikasi para guru dapat terus terjaga dan memberikan dampak nyata pada kualitas pendidikan bangsa.
Kesimpulannya, guru yang hebat adalah pondasi bagi Indonesia yang kuat. Kehebatan seorang guru tidak hanya terletak pada kemampuannya mendidik, tetapi juga pada dedikasi yang tulus untuk mencetak generasi unggul. Namun, dedikasi ini harus dibalas dengan apresiasi yang proporsional, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Mari kita jadikan momentum Hari Guru Nasional ini sebagai pengingat untuk terus mendukung, menghormati, dan memuliakan guru, sebagaimana Islam telah mengajarkan pentingnya memuliakan mereka yang menebarkan ilmu.
Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan keberkahan kepada para guru di seluruh penjuru negeri. Teruslah menjadi cahaya bagi bangsa, karena dari tangan-tangan guru yang hebat, lahir generasi yang siap membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah. Selamat Hari Guru Nasional!