Ilmu Syar’i dan Teknologi, Kunci Adidaya Rahmatan Lil Alamin

Chamdar Nur, Lc,.SH,. S. Pd. I,. M. Pd. (Anggota MUI Sul-Sel Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional)

Makassar, muisulsel.or.id – Di zaman yang penuh dengan gemuruh perkembangan teknologi ini, dunia seakan berlomba-lomba menaklukkan batas-batas imajinasi manusia. Setiap hari, kita dikejutkan dengan penemuan baru yang luar biasa.

Jepang, misalnya, baru saja memperkenalkan robot kuda Kawasaki yang bernama CORLEO, sebuah inovasi luar biasa yang mampu menjelajahi berbagai medan sulit, dari pegunungan terjal hingga dataran berlumpur.

Inovasi China tampil memukau dengan teknologi EHang, EHang 216 adalah Autonomous Aerial Vehicle (AAV) buatan perusahaan EHang dari China. Ini adalah taksi terbang tanpa awak (pilotless air taxi) yang dirancang untuk mengangkut dua penumpang secara otomatis menggunakan jalur udara, dengan sistem navigasi canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) dan GPS, EHang mampu terbang mandiri melintasi kota-kota besar, menembus kemacetan darat, dan membuka era baru dalam dunia transportasi.

Dua temuan ini hanyalah di antara temuan dari sekian banyak bukti bahwa bangsa-bangsa dunia tengah berpacu menciptakan kecanggihan, demi mengukuhkan diri sebagai adidaya masa depan.

Dalam situasi ini, umat Islam tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita harus memadukan antara ilmu syar’i ilmu yang membimbing jiwa menuju Allah dan kemuliaan akhirat dengan ilmu kauni (ilmu tentang ciptaan Allah, termasuk teknologi), agar mampu bersaing dan memimpin peradaban dunia dengan akhlak yang luhur. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman

قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون إنما يتذكر أولو الألباب
Artinya: “Katakanlah: ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya hanya orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.”(QS. Az-Zumar: 9).

Ayat ini menegaskan pentingnya ilmu dalam membangun keunggulan. Bukan hanya ilmu agama semata, melainkan juga ilmu pengetahuan yang menguak rahasia alam semesta sebagaimana para ulama besar terdahulu memadukan antara syari’at dan sains, hingga umat Islam pernah memimpin dunia selama berabad-abad. Allah juga berfirman

وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون
Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(QS. Al-Jatsiyah: 13).

Segala temuan teknologi, dari mesin sederhana hingga robot canggih, sejatinya adalah bagian dari tundukan Allah untuk manusia yang mau berpikir dan menggali ilmunya. Maka, menguasai teknologi bukanlah menyimpang dari jalan agama, justru ia merupakan bentuk syukur kepada Allah dengan memanfaatkan karunia akal yang telah dikaruniakanNya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda

طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”(HR. Ibnu Majah)

Dalam konteks zaman ini, menuntut ilmu mencakup juga menguasai teknologi, informasi, dan inovasi, selama semua itu diorientasikan untuk kemaslahatan umat dan kemenangan Islam.

Maka, betapa pentingnya generasi muda Islam kini untuk serius mendalami ilmu syar’i yang menjadi pilar iman dan akhlak, sekaligus menguasai teknologi yang menjadi sarana membangun peradaban. Kita tidak boleh hanya menjadi pengguna produk teknologi bangsa lain, tetapi harus menjadi pencipta, inovator, dan pengendali teknologi itu sendiri.

Menggabungkan ilmu syar’i dengan penguasaan teknologi adalah jalan strategis untuk membangun kejayaan umat Islam. Dengan bekal iman yang kokoh dan kecakapan teknologi mutakhir, insya Allah, umat ini akan kembali menjadi rahmat bagi semesta, sebagaimana Allah berfirman :

وما أرسلناك إلا رحم…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.