Oleh:
Sekretaris Bidang Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Sulsel Letkol Sus Husban Abady MHi
Manusia sebagai khalifah di muka bumi diberikan tugas oleh Allah SWT untuk memakmurkan bumi, manusia harus mampu memberikan keselarasan dunia dan akhirat, karena manusia adalah makhluk sosial yang bersentuhan dengan makhluk lain yang ada di sekitarnya.
Walaupun bumi ini diciptakan untuk tempat hidup manusia, namun bukan berarti manusia bisa semena-mena dalam memperlakukan alam ini, manusia wajib memperhatikan rambu-rambu yang tercantum dalam Alquran dan sunah.
Prinsip tauhid, amanah, islah, rahmah, iqtisad, ri’ayah, hirasah, hafazah, dan lain-lainnya merupakan prinsip-prinsip yang harus selalu melekat pada diri manusia dalam berinteraksi dengan alam ini.
Dalam konteks pemeliharaan lingkungan, Allah SWT telah memperingatkan manusia sesuai dengan firman-Nya dalam Alquran Surah Ar-Rum ayat 41, yang artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini memberikan informasi kepada kita bahwa kerusakan lingkungan disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, karena mereka tidak memperhatikan pesan atau peringatan Allah dalam berinteraksi dengan alam, mereka bebas menebang pohon, menimbung tempat peresapan air kemudian mendirikan bangunan yang menjulang tinggi, mengeruk tanah dengan bebas, mendirikan bangunan di aliran sungai, semua itu dilakukan tanpa memperhitungkan efek negatif yang akan ditimbulkan seperti tanah longsor, banjir, gempa bumi, penyumbatan dan penyempitan aliran sungai serta bencana-bencana lainnya.
Pemeliharaan lingkungan bukan hanya untuk kepentingan manusia itu sendiri tetapi juga untuk kepentingan makhluk lain, tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, karena sejak awal penciptaan manusia sudah menggantungkan dirinya pada satu sama lain, bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut akan ikut juga terganggu. Di sinilah perlunya keseimbangan.
Sebagaimana alam ini diciptakan dengan seimbang oleh Allah SWT maka sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk menciptakan keseimbangan alam ini, sesuai dengan firman Allah SWT., dalam Al Qur’an Surah Al-Hijr ayat 19, yang artinya : “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung, serta Kami tumbuhkan di tanah segala sesuatu menurut ukuran.”
Maka sungguh perbuatan yang amat tercelah bila manusia berbuat semena-mena di muka bumi ini, sehingga menimbulkan kerusakan di dalamnya, betapa rendah moral seseorang jika diberi sesuatu hanya sekedar menikmatinya saja, tetapi selanjutnya dia tidak memeliharanya.
Kita harus menyadari bahwa dunia yang terdiri atas tanah, air, laut, gunung, bukit, lembah dan segala isinya itu, bukanlah untuk kepentingan manusia saja, tetapi juga untuk kepentingan makhluk lain, terutama yang nampak di alam syahadah.
Keindahan alam sudah mulai memudar dengan adanya krisis lingkungan global, hal ini terjadi karena adanya kerusakan lingkungan beserta ekosistemnya, ketika ekosistem ini rusak, maka akan menyebabkan kerusakan sistem lainnya, maka perlu kita jaga agar ekosistem ini sebagai tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh serta saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktifitas lingkungan hidup.
Baca juga: Ketum MUI Sulsel Harap Rektor Unhas Bersinergi dengan Ulama
Baca juga: MUI Sulsel Tanggapi Ulah Rentenir Tahan Jenazah: Itu Dosa!
Demikian risalah dakwah Ustaz Husban Abady ketika tampil sebagai penceramah tarwih malam ke-24 Ramadan 1443 Hijriah, di Masjid Wahyu Jl Salemo, Kota Makassar (25/4/2022). (Irfan)