Makassar muisulsel.or.id – Forum Kemanusiaan Lintas Agama (FKLA) Sulsel menargetkan peserta Karnaval Filosofi Telur akan dihadiri ribuan peserta dari semua kalangan agama.
Rapat yang berlangsung di Cafe Goro Makassar pada Kamis (9/11/2023) ini dihadiri oleh Sekertaris Umum MUI Sulsel Prof Muammar Bakry Lc M Ag dan Bendahara Umum MUI Sulsel Ir H Andi Taswin.
Rapat Festival telur ini mengusung tema “Filosofi Telur : Kehidupan dan Cinta Kasih”.
Ketua FKLA Sulsel Prof Dr Wahyuddin Naro M Hum mengatakan kegiatan filosofi telur ini sebagai simbol kerukunan beragama.
Prof Naro yang juga Ketua Komisi Hubungan Antar Umat Beragama (HAUB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel ini memandang kegiatan ini penting karena melihat kondisi keberagaman bangsa kita saat ini. Apalagi dalam agama kita dituntut untuk mengimplementasikan nilai kerukunan dalam kehidupan, katanya.
“Kita melihat juga beberapa pandangan agama tentang telur yang memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan tradisinya” katanya saat rapat persiapan karnaval telur di Cafe Goro Makasar pada Kamis (9/11/2023).
Lanjutnya ,telur warna-warni merupakan simbol keberagaman. Dari warna-warni telur kita belajar bahwa adanya keragaman yang membentuk keharmonisan.
“Filosofi telur untuk kerukunan mengajarkan tentang keragaman dan keharmonisan , melindungi hak-hak individu dan menciptakan kehidupan yang harmonis,” jelasnya.
“Jika telur pecah dari dalam maka akan menghasilkan regenerasi atau kehidupan yang baik tapi jika pecah dari luar maka akan menimbulkan perpecahan dan kerusakan”.
“Sehingga perlu kita rawat dan jaga agar telur tidak mudah pecah. Kita juga berharap Festival telur nantinya bisa memberikan makna bagi hubungan keharmonisan dalam kemanusiaan terutama menjelang pemilu 2024.
FKLA Sulsel merupakan kumpulan dari semua ormas lintas agama seperti, Keuskupan Agung Makassar,Walubi Sulsel,PHDI Sulsel, Matakin Sulsel,PGIW Sulsel dan Permabudi Sulsel.
Ketua Permabudhi Sulsel Ir Yonggris yang juga hadir pada rapat ini mengatakan simbol telur hampir semua agama ada sehingga sangat bagus konsep ini untuk perdamaian karena masing-masing dari agama membawa telur masing-masing.
“Kita berharap dari simbol telur ini bisa dimaknai dalam bingkai kebhinekaan dalam bernegara. Telur itu mudah rapuh dan pecah kalau kita tidak menjaganya dengan baik, ” katanya disela kehadirannya.
Ketua panitia Dr KH Hasid Hasan Palogai MA mengatakan kegiatan direncanakan pada Bulan November 2023 dengan menghadirkan ribuan peserta dari lintas agama di Sulsel dan masing-masing perwakilan membawa telur, ” katanya.
“Jadi masing-masing agama menghadirkan 300 peserta dan juga membawa tarian khas masing-masing, ” katanya.
Pengurus Komisi HAUB MUI Sulsel yang hadir Andi Suriyati Barisi S Ag , Nurcahya S Ag Joenathan Pengurus Permabudhi Sulsel Joenathan. Turut hadir Prof Dr Marjuni M Pd (Ketua Komisi Pendidikan dan Pengkaderan MUI Sulsel).
Irfan Suba Raya