Renungan Akhir Tahun: Aku Malu..Ya Rasullullah

H Rusdi Hidayat (Anggota Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia Sulsel)

Madinah, muisulsel.or.id – “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”
(QS At-taubah: 128)

Tidak sebanding nilai namamu…
Dibanding semua amalku…
Menyebut namamu, menggetarkan arsy penguasa langit dan bumi, seolah Allah menjadi sangat sensitif jika ada yang menyinggung ataupun menyebut namamu.

Banyak yang memakai namamu selepas kepergianmu, tapi Allah sangat mengetahui siapa orang yang dimaksud, namamu tetap berbeda karena yang menyebutnya dari unsur Nur Ilahi yang berada dalam diri setiap orang… wahai makhluk teragung.

Banyak yang mencintaiku, namun sebesar- besarnya cinta ayah dan ibuku, istriku, ataupun saudara dan semua keluarga dan kerabat, mereka tidak mungkin mengingatku di padang mahsyar nanti, bahkan di sakratul maut pun, dengan rasa sakit yang akan dilalui, berat untuk mengingat orang lain selain keselamatan saat itu. Dan itu sangat manusiawi, dan saya sangat memahami itu. Namun Engkau, wahai makhluk teragung, …. Bagaimana mungkin engkau mengkhawatirkan aku ? Ummat mu yang bodoh, sombong, tidak bisa menjaga mulut dan tangan, lalu mendapatkan cintamu yang begitu besar ? Engkau belum pernah bertemu denganku, Engkau bahkan tidak tahu namaku, wajahku, panggilan kecilku…? Ah… Engkau bukan manusia. Wujud mu saja yang manusia.. engkau Ruh Ilahi terindah dan paling mulia.

Wahai makhluk teragung, melihatmu terbaring dalam tidur damaimu, bersama dua sahabat agung yang terbaik, pengikut setia, yang telah membuktikan betapa cinta mereka kepadamu melebih apa saja yang mereka rasa ataupun mereka sentuh di dunia ini. Semua membuatku malu…

Aku malu, mengganggu tidur damaimu. membawa keburukan amal dan sikapku, mengirimkan salam kepadamu berharap Allah tersentuh dan mau memperhatikan aku… padahal aku masih lebih cinta harga diriku, pujian manusia untukku, pengakuan manusia akan kehebatanku yang menipu… datang ke samping makammu dan sahabatmu… ” yaa Rasulullah, salaam…. salaam… ”

Padahal setiap hari saya hanya menyakiti perasaanmu dengan tingkahku, menyakiti ummatmu dengan kata kataku, bahagia di atas penderitaan ummatmu, tanpa ada sedikitpun malu kepadamu dan kepada Tuhan.

Wahai makhluk teragung, saya yakin engkau masih mencintai dan menyayangiku meski diriku begini… karena memang itulah dirimu. Kamu tidak peduli orang menyakitimu, selama di hatinya masih ada Cahaya Ilahi dalam setiap orang. Setiap kali engkau melihat manusia yang engkau lihat hanyalah Cahaya Ilahi.. sedangkan kami hanya melihat keburukan pada setiap orang.

Wahai Rasulullah, Muhammad Bin Abdullah Bin Abdul Muthalib. Izinkan saya duduk sejenak di masjidMu yang mulia dan agung, di Raudah taman-taman surga yang telah engkau tata dan rawat untuk umatmu, Izinkan saya duduk sejenak untuk memperbaiki diri, bersama orang-orang Sholeh yang ada di dalamnya, dengan harapan saya dapat pulang ke tanah air membawa Karomah Raudah dan kemuliaan namamu, Tolong jangan pernah lupakan saya ketika di padang mahsyar nanti, ketika engkau melihatku tampak kebingungan. Mohon tarik tangan saya yaa Rasulullah, karena yang kutahu, hanya ada satu orang yang akan berdiri tegak menungguku di sana. Bukan ayah dan ibuku, atau siapapun, hanya engkau satu… Muhammad Rasulullah. Yaa Allah sayangi diriku, kedua orang tuaku, istri dan anak anakku, saudara dan kerabatku, guru-guru dan murobbiku, jadikan kami semua hamba yang mencintaiMu dan rasulMu melebihi apapun di dunia ini.

Madinah, 31 desember 2024

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.