FIQIH PUASA: Beberapa Prioritas Amalan Sunnah Puasa Ramadan

Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA (Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)

Makassar, muisulsel.or.id – Setelah orang berpuasa melaksanakan rukun puasa dan puasanya secara pasti diterima Allah Swt sesuai teori fiqih yaitu absah dan adamul fasad tidak batal, maka amalan berikutnya bagi orang berpuasa, ia harus mengikutkan dalam perbuatan puasa ramadannya dengan amaliah masnunah atau perbuatan prioritas yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw yang terurai sesuai dengan prinsip urutan prioritas fiqih Islam, sesuai runtutan berikut :

1. Sahur yaitu dengan melambatkannya, karena faidah berkah terdapat pada waktu sahur, sedangkan malaikat ikut doakan kemuliaan orang yang makan sahur.

2. Menyegerakan berbuka puasa jika sudah waktunya, seiring beduk magrib. Nabi Saw banggakan umatnya baik-baik saja bila melaksanakan buka puasa tepat waktu atau tidak diundur.

3. Membiasakan berdoa menjelang buka puasa karena doa orang berpuasa akan diijabah,dan berdoa juga setelah berbuka puasa karena doa orang yang selesai beribadah sangat mustajab.

4. Aktif melayani, menyediakan dan memberi makan minum kepada orang lain yang berbuka puasa Ramadan, karena merupakan perbuatan yang ikut menggapai pahala puasanya orang yang diberi makan minum buka puasa, tanpa mengurangi sedikitpun puasa yang dilayani itu.

5. Hendaknya menyegerakan mandi haid, nifas dan junub menjelang fajar bagi yang berniat puasa bagi mereka yang mengalami kondisi-kondisi tersebut.

6. Menjaga lisan dengan tidak berkata porno, mengejek dan mengajak berselisih, karena dapat menyebabkan sirnanya pahala dan kemuliaan puasa Ramadan, walau secara hukum tetap sah puasa yang berselisih karena mereka tidak berbuat hal yang membatalkan secara fiqih.

7. Menjaga mata, telinga dan indra lainnya, tidak mendengar dan melihat hal hal yang mengarah pada perbuatan syetan yang membuat puasa Ramadan makruh tahriman.

8. Menghindari hal-hal yang mengarah atau dapat merusak puasa atau mengurangi kesempurnaannya seperti berbekam, menyelam dan menghirup-hirup bau makanan dengan sengaja, hal tersebut membuat puasa Ramadan makruh tanzihan.

9. Melapangkan dan melonggarkan kondisi keluarga sendiri yaitu berupa bantuan, hadiah dan hibah serta pemberian-pemberian suka rela.

10. Memperbanyak aktifitas baca Al-Qur’an, tadarus, kajian keilmuan dan kreativitas yang sifatnya semarak di dalam bulan Ramadan.

11. Banyak melatih diri dengan i’tikaf demi mencapai kebeningan jiwa dan mengasah keikhlasan amal ibadah.

Beberapa amalan sunnah di bulan Ramadan tersebut merupakan prioritas bagi tiap individu dan golongan, dan inilah kelengkapan membangun Ramadan dengan penuh rasa iman dan perhitungan, sesuai hadis nabi “man qaama ramadhana imaanan wahtisaban gufira lahu maa taqaddama min zambihi” ,maka keniscayaan umat ini mendapat ampunan atas kehilafan di masa lalu adalah sangat logis secara agama, dan logis secara perilaku keseharian karena inilah wujud fungsi Ramadan yang sangat baik telah dibangun oleh seluruh umat muslim. Wallahu A’lam.

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.