Makassar, muisulsel.or.id – Semua kalangan tidak menyukai orang sombong dan tidak suka dicap angkuh, sehingga sikap itu perlu dicermati kecenderungannya dalam diri setiap insan. Bisa jadi kita ini sudah sombong tapi tidak disadari. Hal ini akan merugikan diri kita dan manusia di sekeliling kita, dan itu bencana bagi orang sombong di alam akhirat.
Beberapa tipologi sombong hendaknya dapat dihindari. Bahasa tubuh misalnya adalah bisa jadi kesombongan bila tidak berhati hati.
وقال تَعَالَى: {وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إنَّ اللهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ} [لقمان: 18].
ومعنى ((تُصَعِّر خَدَّكَ لِلنَّاسِ)): أيْ تُمِيلُهُ وتُعرِضُ بِهِ عَنِ النَّاسِ تَكَبُّرًا عَلَيْهِمْ. وَ((المَرَحُ)): التَّبَخْتُرُ. .
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Makna dari kata memalingkan wajah adalah mengangkat dagu dari manusia dengan bahasa tubuh yang sombong.
Ucapan kasar dan keras juga bisa tergolong ucapan sombong, itu karena ada rasa orang lain itu lemah dan bodoh.
Pada akhirnya, saat komunikasi selalu cenderung mendikte dan tidak mau dengar pertimbangan orang lain ini juga bisa terkategori sikap sombong
((ألا أُخْبِرُكُمْ بأهْلِ النَّار: كلُّ عُتُلٍ جَوّاظٍ مُسْتَكْبرٍ)). متفقٌ عَلَيْهِ،
Rasul bersabda tidakkah kuberitahu kalian penghuni neraka yaitu setiap orang congkak, kasar berucap penuh kesombongan.
Cara berpakaian yang tidak menyesuaikan juga bisa terkategori sikap sombong. Bila berpakaian hanya mengikuti tren tren saja, tidak mempertimbang aspek halalnya semisal menutup aurat dan tidak sesuai dengan momen yang ada. Seperti shalat jumat, hendaknya berpakaian rapi dan pakaian taqwa.
Saat ada acara resmi, maka pakaian yang sesuai dan tidak menentang etika. Hal yang sangat perlu dihindari adalah pakaian yang mencirikan status lebih tinggi derajat dan lebih terpandang dihadapan manusia dibanding manusia lain.
Inilah yang diwanti-wanti oleh Nabi saw:
قَالَ: ((لا يَنْظُرُ اللهُ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إزَارَهُ بَطَرًا)). متفقٌ عَلَيْهِ
Di hari kiamat, Allah tidak memandang kepada orang yang gaya pakaiannya mencirikan kesombongan.
Hadis ini juga bermakna larangan pada adat orang Arab Jahiliyah yang gaya pakaiannya panjang mencirikan keningratan dengan cara isbal (panjang). Secara pemahaman terbalik, yang panjang pakaiannya bukan mencirikan status sikap sombong tidak apa apa dalam Syariat Islam.
Sikap terlalu percaya diri dengan keahlian dan kemampuan, itu juga bisa terkategori sikap sombong. Qarun sepupu (anak paman) Nabi Musa as itu sangat membanggakan keahlian dagangnya, dan keahlian cara cara berhitungnya. Hal yang menjadikan ia konglomerat di zamannya. Ia lupa berucap kalau keahliannya itu adalah proses dari karunia Allah kepadanya, dan ia tidak tawadhu.
Sikap si Qarun sebagai orang yang yang mendewakan keahliannya itu, yang lupa mensyukuri itu, dianggap Allah sebagai insan sombong yang harus musnah di bumi. Kesombongan Qarun merupakan penyakit masyarakat yang hampir tak terdeteksi manusia disekelilingnya:
{إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي} [القصص: 78]، أي: علم بالتجارة، ووجوه تثمير المال وعَلِمَ الله أني أهل له ففضَّلني به عليكم.
Kejayaanku karena Ilmu bisnis yang aku kuasai, Allah tahu aku pantas mendapatkan ilmu dan kejayaan itu dibanding orang lain.
Sikap Qarun ini adalah bahasa ucapan yang tidak hanya kufur nikmat, tapi menganggap dirinya istimewa dari para pesaingnya.
Allah lalu peringati Qarun bahwa banyak manusia yang hancur karena terlalu percaya diri, lupa bahwa itu semua anugerah Allah Swt :
قال الله تعالى: {أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ} [القصص: 78].
……..Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.
Jadi sikap sombong itu adalah niat melebihi yang lain, dan merasa hebat sendiri karena kemampuannya. Adapun pada sikap ingin difahami lebih berbuat yang terbaik, dan memakai yang terbaik dari barang yang ia miliki, demi menjadi orang yang menghargai tatanan dan etika pada sesama. Sekaligus memuliakan majlis-majlis dengan pakaian yang baik karena Allah swt semata, bukanlah terkategori sombong.
Seorang shahabat bertanya kepada nabi Muhammad saw ‘
فَقَالَ رَجُلٌ: إنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، ونَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: ((إنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ، الكِبْرُ: بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ)). رواه مسلم.
ya Rasulallah, bagaimana jika ada orang yang suka baju dan sandalnya itu sangat bagus, Rasul bersabda itu bukan keesombongan, sebab sombong itu adalah congkak terhadap kebenaran dan suka merendahkan sesama manusia.
Kuncinya adalah seperti apa yang diucapkan Qatadah Rahimahullah: “Manusia yang kaya atau miskin harus dipandang sama, dan disikapi penuh bijak dengan sikap yang sama”.
Ibnu Abbas ra berkata :” Janganlah melecehkan sesama dan berpaling dari sesama, saat ia berbicara denganmu.”
Sikap sombong ini dimengerti ciri dan wujudnya oleh berbagai kalangan secara umum, maka hendaknya setiap insan berhati hati agar tidak terjerembab dalam sikap angkuh adan sombong, seperti diibaratkan oleh Syaekh Al-Aquuliy rahimahullah: ” Ujub pada diri sendiri adalah kesombongan nyata, rasul bersabda :
قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((لا يَزَالُ الرَّجُلُ يَذْهَبُ بِنَفْسِهِ حَتَّى يُكْتَبَ في الجَبَّارِين، فَيُصِيبَهُ مَا أَصَابَهُمْ)). رواه الترمذي، وقال: (حَدِيثٌ حَسَنٌ).
Masih saja senantiasa seseorang itu anggap dirinya lebih tinggi derajat dari orang lain hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang sombong.”
Seorang mukmin yang bisa menghentikan kesombongan dirinya, Ialah termasuk orang yang beruntung dunia akhirat.” wallahu A’lam.
.