Makassar, muisulsel.or.id – Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan menggelar diskusi publik, dan menghadirkan Prof Kamaluddin Abunawas sebagai pemateri dalam diskusi yang di gelar di aula Fakultas Ushuluddin kampus UINAM, Rabu, (01/11/2023).
Menurut Ketua Bidang Pendidikan dan Pengkaderan MUI Sulsel Prof Dr KH Kamaluddin Abunawas, MA, saat memberikan materi dalam diskusi publik mengungkapkan bahwa ada empat hal yang membuat negara kita menjadi sangat tertinggal di bandingkan negara-negara yang lain yang telah maju.
“Indonesia ini hanya memiliki satu saja kelebihan, yakni mayoritas muslim. Selain itu terdapat banyak kekurangan dan akan saya ulas empat hal utama yang menjadi kekurangan bangsa Indonesia ini,” jelas guru besar kampus UINAM ini.
Kamaluddin Abunawas mengatakan kekurangan pertama bangsa Indonesia adalah rendahnya taraf Pendidikan. Ia mencontohkan di Sulawesi Selatan saja menurut data dari Gubernur bahwa dari lebih dari 8 juta jiwa penduduk Sulsel itu 40 persennya berpendidikan hanya rata-rata tamat SD saja, bandingkan dengan negara lain seperti Israel atau negara Eropa lainnya.
Yang kedua menurut ulasan Prof Kamaluddin adalah rendahnya perekonomian masyarakat Indonesia. Dirinya mengutip pernyataan Wapres Ma’ruf Amin yakni 75 persen kekayaan bangsa Indonesia itu dikuasai oleh hanya 8 orang saja, dan mereka menguasai sebanyak 75 persen dari total seluruh kekayaan negara ini dan hanya satu orang saja yang muslim, selebihnya adalah non muslim.
“Kekurangan yang ketiga adalah rendahnya pemahaman keagamaan masyarakat indonesia, khususnya umat Islam. Semangat beragama itu sangat tinggi, namun tidak di barengi dengan pemahaman yang seimbang. Sehingga jika ada yang berbeda pemahaman dengannya maka sontak ia tidak akan menyukainya,” tukas salah satu cendekiawan muslim di Sulsel ini.
Wakil rektor I ini pun melanjutkan bahwa kekurangan yang ke lima bangsa Indonesia yakni tingginya saling curiga sesama umat Islam. Ia memberikan contoh bahwa dalam kubuh ormas Islam saja itu saling curiga dan cenderung tidak mempercayai umat Islam di organisasi yang lain.
Kisah menarik di sampaikan oleh Kamaluddin sebagai pengalaman pribadi saat dirinya membawakan sebuah pengajian di satu masjid di Makassar. Ia di tanya oleh salah satu jamaah, jika masyarakat di perhadapkan oleh suatu kondisi di mana seorang muslim ingin menjadi pemimpin, namun tidak adil dan banyak korupsinya.
Sementara calon pemimpin yang lainnya itu non muslim, adil dan dekat dengan masyarakat lalu siapa yang akan di pilih.
Ia menjawab dengan kutipan seorang ulama yang bernama Imam Al-Mawardi di sebutkan jika terdapat suatu kasus seperti itu maka pilihlah yang non muslim. Alasannya jika menjadi seorang pemimpin lalu adil maka hal itu akan berpengaruh terhadap rakyatnya.
Akan tetapi jika pemimpin tersebut tak adil maka akan merusak tatanan masyarakat. Dengan jawaban tersebut Prof Kamaluddin di berhentikan membawakan pengajian di masjid tersebut.
Diskusi publik oleh Komisi Ukhuwah Islamiyah ini di hadiri oleh beberapa perwakilan, antara lain kalangan akademisi, perwakilan beberapa parpol, perwakilan KPU dan Bawaslu Sulsel.
Kontributor: Nur Abdal Patta