Oleh:
Muh Fihris Khalik MA PhD, pengurus Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam MUI Sulsel
Jakarta, muisulsel.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat melalui Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) untuk pertama kalinya menggelar hajatan besar dalam bentuk pertemuan ulama habaib dan cendekiawan atau Multaqa, Focus Group Discussion (FGD) dan Rakornas LSBPI.
Kegiatan ini diikuti oleh para ulama, perwakilan MUI provinsi, seniman, budayawan, artis dan akademisi.
Pada kegiatan ini juga dilaksanakan Hamka Award. Untuk tahun ini award diberikan kepada Allahyarham H Khairul Umam sebagai tokoh dalam dunia perfilman dan H Taufiq Ismail sebagai tokoh di bidang sastra.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI Prof Dr K H Ma’ruf Amin sekaligus keynote speaker. Selain itu dihadiri juga oleh Menteri Pariwisata dan Usaha Kreatif Dr H Sandiaga Salahuddin Uno dan Wakil Menteri Agama Dr KH Zaiunul Tauhid MA serta beberapa narasumber lainnya.
Sekretaris Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam MUI Sulsel yang diwakili (penulis) ke acara tersebut, mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk menjadi sarana komunikasi dan koordinasi akan dilaksanakannya Kongres Seni Budaya tahun 2023.
“MUI Sulawesi Selatan sangat merespon positif kegiatan ini sekaligus sarana untuk mensyiarkan seni budaya Islam kepada seluruh masyarakat,” katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa salah satu strategi pengembangan literasi seni budaya Islam dapat dilakukan dengan empat step yaitu pengkajian warisan seni budaya baik yang masih asli maupun yang sudah melalui proses islamisasi; pengenalan warisan seni budaya melalui media sosial dan ilmiah; melakukan pembinaan dan pengembangan seni budaya Islam dengan bekerja sama dengan para seniman, budayawan, akademisi, komunitas seni dan lembaga seni budaya serta para penulis dan sutradara film.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari mulai tanggal 2-3 Agustus 2022 di Hotel Sari Fasifik, Jakarta.
Turut hadir artis Arie D Untung, Dicki Darmawan, Okky dan para pemain film Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy yang juga sebagai ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam MUI Pusat. (Irfan)
