Fiqih Puasa 16: Malam ke Berapa Nuzulul Qur’an di Bulan Ramadan?

Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA (Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)

Makassar, muisulsel.or.id – Umat ini kembali disuguhkan informasi tentang berita kapan malam Nuzulul Qur’an, sejumlah ta’wil dan tafsir kembali mengemuka, parahnya ada yang hanya membela pendapatnya dengan berkata;” Ini yang benar yang lain tidak ada dasarnya”, mereka yang berpendapat demikian tanpa memperhatikan fakta sejarah yang tersedia dan valid.

Kevalidan dari informasi pada terjadinya Nuzulul Qur’an pertama kali turun ke Nabi Muhammad Saw di Gua Hira, itu bertumpu pada riwayat sejarah nabi kembali, demikian juga bertumpu pada metode kabar itu tiba di kalangan umat dan para pendakwah dan penceramah untuk disebarluaskan.

Maka umat ini harus kembali berpegang pada kaidah pengecek kabar berita di masa lalu yaitu “Jika kamu memindahkan berita lakukanlah dengan sah atau valid, jika kamu mendakwahkan sesuatu berpeganglah pada bukti atau dalil yang tepat atau teruji tidak salah pilih dalil”.

Kaidah ini adalah kaidah yang disarikan dari Al-Quran dan sunnah rasul; dimunculkan oleh para ulama sejak zaman salafush shalih, yaitu tiga abad pertama masa keemasan Islam.

Nuzulul Qur’an kini jadi objek pencermatan kapan terjadinya, bila riwayatnya atau dakwaannya itu bervariasi maka buktinya juga variasi dan ketetapan hari Nuzulul Qur’an itu juga bervariasi, ini kata logika sehat.

Berikut beberapa riwayat yang mengerucut pada umat ini dan sering muncul tiap tahun tentang awal Nuzulul Qur’an :

1. Nabi Muhammad Saw di utus pada hari Senin, 27 Rajab tahun ke-13 sebelum Hijriah yaitu ditandai dengan turunnya 5 ayat surah Al-Alaq atau Iqra dan setelah itu turunlah kembali Al-Qur’an sebagai pedoman umum manusia yaitu tiga tahun setelah itu, hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat yang turun yaitu surat Al-Qadar, Al-Baqarah ayat 185, Ad-Dukhan ayat 1-3, sejak saat itu sampai 11 Hijriah Al-Qur’an terus turun hingga Rasulullah Saw wafat. Riwayat ini banyak diperkuat sanad-sanad hadis yang dipercayai oleh mereka yang mempunyai sanad turunan Rasulullah Saw.

2. Bahwa Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw dengan bukti surat Al-Qadar dan surah Ad-Dukhan ayat 1-3 dengan mengutip pendapat Al-Sya’biy, hal ini juga ditegaskan oleh Al-Qurthubi ,sementara pendapat ini juga tidak menafikan hadis Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa ada proses turun dari Lauhil Mahfus ke Baitul Izzah langit dunia bahwa itu juga terjadi pada Lailatul Qadar, pendapat ini merupakan hasil takwil Ibnu Taimiyah dan dilariskan oleh Syekh Abdullah bin Baz dan murid-muridnya.

3. Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan pada hari Senin ,17 Ramadan tahun ke-13 sebelum Hijriah di Gua Hira ,dalil Al-Qur’an; Surah Al-Furqan,bahwa Al-Qur’an sebelumnya diturunkan dari Lauhil Mahfuz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Pendapat ini didukung oleh mayoritas ulama tafsir seperti Imam Thobariy, dan ditegaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsir dan bukunya Bidayah wal Nihayah dari riwayat Al-Waqidi dari Abi Ja’far. Ada juga menganggap itu terjadi pada malam ke-18 Ramadan.

4. Pendapat yang mengatakan bahwa awal ayat itu turun di Gua Hira pada malam ke-24 Ramadan berlalu artinya malam ke-25 yang sesuai dengan hadis Imam Ahmad, Tabrani dan Ibnu Asakir lalu dikuatkan oleh Al-Albani dengan merujuk pendapat kedua bahwa itu kemungkinan malam Lailatul Qadar.

5. Dalam kitab Rahiq Makhtum yang merupakan kitab sejarah Nabi Muhammad Saw dengan penilaian pertama terbaik oleh dunia Arab, bahwa dalil terkuat turunnya Al-Qur’an pertama kali pada malam ke-21 Ramadan atau bertepatan dengan 10 Agustus 610 M di usia 40 tahun Nabi Muhammad Saw.

Berdasarkan penetapan-penetapan pada dalil- dalil yang penafsirannya itu zhanni atau dugaan, terdapat perbedaan penentuan Nuzulul Qur’an pada umat ini sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam bersikap, karena setiap riwayat ada kelebihan dan kekurangannya rasa fanatisme harus ditiadakan dan tawadhu harus dikedepankan dengan pola bahwa siapa tahu anggapan merekalah yang benar dan anggapan saya keliru, karena Rasulullah Saw tidak menentukan tanggalnya di bulan Ramadan. Nabi hanya ditanya kenapa engkau berpuasa Senin ya Rasulullah, beliau menjawab “Ini hari lahirku, hari ini juga aku diutus sebagai Rasul Allah Swt”. Wallahu A’lam.

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.