FIQIH PUASA: Akhir Puasa Ramadan dan Kepastian Lailatul Qadar

Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA (Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)

Makassar, muisulsel.or.id – Sepuluh malam terakhir bulan Ramadan bila dijalani dengan penuh ibadah maka pengalaman spritual setiap individu berbeda, setiap mukmin ada saja merasa telah bertemu Lailatul Qadar dan ada juga merasa puas secara individu dengan qiyamul lailnya masing-masing, ada yang berkata malam kesekian terasa nyaman, ada yang mengatakan saya bermimpi melihat Lailatul Qadar dan ada juga berkata sungguh sekilas mata saya melihat tanda Lailatul Qadar berupa ini dan itu.

Semua fenomena pencarian yang bervariasi dirasakan itu tidak bertentangan dengan fakta perintah nabi untuk menyusuri malam malam Lailatul Qadar.

Fenomena lain yang muncul pada mereka yang mencari Lailatul Qadar dengan metode tertentu, ada yang hampir memastikan malam kesekian itulah Lailatul Qadar dengan keyakinan yang meyakinkan pihak lain yang diajak berkomunikasi pasca penemuan yang terklaim itu.

Bila saja benar klaim-kalim itu, apakah setelah menemukan yang dicari yaitu Lailatul Qadar, seorang pencari harus berhenti lagi mencari? Contohnya beberapa riwayat yang memastikan malam 27 Ramadan Lailatul Qadar, ada juga mengklaim sebelumnya sudah mendapatkan, ada juga yang mengatakan saya dapat anugerah di malam genap malah, apakah kalim-klaim ini sudah terkategori dalam syariat sudah memenuhi perintah rasul dan telah memenuhi kehendak Allah Swt agar manusia menjadi orang tasykurun yaitu bersyukur?

Perjalanan spritual seseorang menjalankan perintah mencari dan telusuri Lailatul Qadar, bukan sekedar perintah menemui Lailatul Qadar, tetapi secara hukum syariat orang yang berpuasa hendaknya memanfaatkan malam-malam Ramadan hingga akhirnya tiba, dengan seluruhnya disusuri dan digunakan dengan amal sholeh, bonus yang tersedia dari proses penelusuran itu adalah mendapatkan Lailatul Qadar, yang bisa saja seseorang malam itu mendapatkannya tapi tidak merasakan apa-apa, biasa saja bahkan seperti malam-malam sebelumnya atau sesudahnya hanya di penuhi dengan rasa lelah dan rasa harap dapat Lailatul Qadar.

Kalau faktanya demikian,maka secara pasti yang pantas dilakukan adalah terus saja beribadah hingga akhir Ramadan dan lebih penting dari itu adalah hadirkan seluruh hajat, harapan dan keinginan di depan Allah Swt untuk didoakan dan dimohonkan sementara bahasa tubuh kita adalah terus bermujahadah beribadah, bertobat ,memohon ampunan dan saling memaafkan bertenggang rasa dan juga harus buktikan bisa bersedekah baik siang atau malam.

Pesan-pesan spiritual dari perjalanan di akhir Ramadan butuh bukti mujahadah didepan Allah Swt sesuai tuntunan Nabi Muhammad saw, mencari malam ganjil secara superior sementara dihadapan Allah Swt ganjil dan genap tidak jadi soal karena rahmat, ampunan dan anugerah Allah Swt tetap ada di malam genap atau ganjil, bagi yang tidak mendapatkan anugerah di malam ganjil tapi mendapatkan anugerah di malam genap, terus apa bedanya di hadapan Allah swt? tentu bedanya ada yang dapat dan ada yang tidak dapat.

Maka malam genap di akhir Ramadan itu terikat satu kesatuan dengan malam ganjil karena malam ganjil tidak bisa didapatkan bila malam genap tidak disusuri juga, artinya semua malam diakhir Ramadan itu potensi kemenangan dan keberhasilan cuma caranya harus disisi seluruhnya dan masing-masing dalam malam-malam itu juga harinya ,ada didapatkan keistimewaan Ramadan yang dijanjikan Allah Swt pasti adanya bukankah Allah Swt berfirman pada surah al-Fajri yaitu kata “wasyaf’i wal watri” artinya ganjil genap bagian dari sumpah Allah pasti penuh kemuliaan dan anugerah.

Dengan demikian seorang hamba hendaknya memegang fiqih taat dan ikut prosedur pencarian, Allah Swt dan rasulnya ingin mengetahui prosesnya dan mujahadanya, hasilnya biarlah hamba-hamba itu yang merasakan implikasi Lailatul Qadar dalam hidupnya setelah Ramadan berakhir. Wallahu A’lam.

 

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.