Fiqih Puasa: Memaksimalkan Rukun Puasa, Memastikan Wujud Pahala

Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA (Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)

Makassar, muisulsel.or.id – Pesan yang terpatri pada rukun puasa adalah menahan sesuatu atau dikenal dengan kata imsak atau menggengam sesuatu, istilah shaum atau puasa juga dipakai pada ungkapan Al-Qur’an ketika Maryam putri Imran yang baru melahirkan kemudian diperintahkan Allah Swt untuk shaum atau puasa bicara dalam arti imsak bicara.

Rukun puasa adalah menahan diri dari makan minum dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa atau menahan diri dari perbuatan syahwat perut dan syahwat kemaluan. Waktu menahan dimulai dari subuh sampai waktu magrib.

Adapun waktu puasa harus diukur pada negeri yang masa harinya seimbang dengan masa malamnya, seperti Bulgaria jumlah harinya lebih banyak dari jumlah malamnya maka hukum pengecualian berlaku, jumlah waktu puasa harus ikut negeri yang paling barat posisinya dan warganya umumnya beragama Islam.

Melaksanakan rukun memastikan pahala berwujud dan disimpan Allah Swt hingga akhir hayat.

Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dengan menjaga diri dari hal berikut:

1. Makan minum atau memasukkan ke dalam lubang utama mulut, hidung, mata telinga dubur atau qubul dengan sengaja.

2. Menelan dengan sengaja cairan penyakit dari kepala atau perut yang naik ke arah mulut.

3. Berlebihan dalam berkumur kumur atau istinsyaq air ke hidung saat berwudhu ketika sedang puasa di bulan Ramadan.

4. Sengaja memancing muntah agar keluar.

5. Mengeluarkan mani sengaja di siang hari.

6. Sengaja berbuat salah dengan makan dan minum.

7. Terjadi gila, murtad, haid dan nifas

8. Jima suami istri di siang hari.

Bila seseorang telah melaksanakan rukun puasa dengan penuh kehati-hatian maka puasanya pasti berpahala sebagai tabungan akhirat yang setiap orang pasti membutuhkan wujud pahala dan puasanya kelak di hadapan Allah Swt, hal yang membuktikan pada dirinya sebagai hamba Allah Swt yang beriman di dunia dengan penuh keikhlasan di hadapan Allah Swt yang menguasai hari akhirat. Wallahu A’lam.

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.