GORESAN PAGI: Infaq Tulus, diganti Allah swt Dunia Akhirat

Makassar, muisulsel.com – Infaq di jalan Allah Swt hakekatnya adalah memberi pinjaman sesuatu kepada Allah swt, dan sesuatu itu dikembalikan oleh Allah wt berupa pengganti sesuatu itu, bukan hal atau barang/sesuatu yang telah dipinjam itu.

Inilah disebut Qardhan Hasanan Allah Swt berfirman:

قال الله تعالى: {مَّنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً} [البقرة: 245

Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. (QS. Al-Baqarah: 245).

Pemberian disertai hati tulus disebut karamun atau derma. Pemberian disertai besarnya pengorbanan dan besarnya dampak faedahnya disebut juwdun ini bisa berkonotasi bantuan. Allah pasti tahu dan catat setiap infaq manusia kepada hal bermanfaat.

Meminjamkan sesuatu kepada Allah adalah kiasan Al-Qur’an bermakna meminjamkan karena Allah atau meminjamkan di jalan yang diridhoi Allah Swt dan diperintahkan Allah Swt.

Jadi Infaq itu hakekatnya sesuatu telah diikhlaskan. Pemberian itu sirna dari kepemilikan sesuatu yang diberikan tetapi diganti dengan pengganti yang senilai atau sepadan.

Qard atau pemberian pinjaman seperti ini tidak diganti Allah swt di hari akhirat saja, namun Allah swt pastikan selama manusia si pemberi qardh hasan itu hidup, maka Allah Swt kembalikan berlipat ganda padanya, masya Allah ini prinsip dan fakta ajaib bagi orang beriman kepada Allah dan rasulNya.

Atha bin Abi Ribah, ahli Fiqhi Makkah dari golongan tabiin berkata : “Jika engkau telah memberi karena tulus semata karena Allah maka tertebuslah perbuatan masa lalumu”.

Infaq di jalan Allah ini, mengangkat harkat ekonomi penginfaq, ia memperoleh tambahan harta dan kesuksesan disebabkan karena infaqnya, tambahan itu dibayar Allah di saat ia masih bergelimang dengan harta benda yang masih tersisa dengan kelebihan banyak, rasulullah saw bersabda :

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ – وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ – وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ » .

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bersedekah dengan senilai kurma dari harta yang baik dan Allah tidak menerima kecuali dari yang baik, sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya kemudian akan mengembangkannya untuk pelakunya sebagaimana salah satu dari kalian mengembang biakkan ternaknya sampai seperti gunung.” HR. Bukhari

Infaq yang dikerjakan orang tulus itu hendaknya diyakini bahwa itu hal yang sangat mulia di depan Allah Swt, sehingga di dalam batin yang berinfaq terasa ada pencapaian yang telah terjadi di hadapan Allah swt, dan bila ia tahu bahwa Allah pasti gantikan untuknya semasa hidupnya, maka rasa dan pengetahuannya ini adalah husnus dzon/baik sangka besar di hadapan Allah Swt, ia akhirnya tidak merasa kurang harta atau rugi karena infaq tersebut, bahkan sebaliknya ia sangat bahagia dengan infaq itu di hatinya, karena Allah Swt pasti muliakan ia karena Infaqnya itu. wallahu a’lam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.