Prof Dr KH Nadjamuddin AS, Lc MA (Ketua Umum MUI Sulsel)
Makassar, muisulsel.or.id – Dalam Alquran surat Al-Kahfi mengisahkan perjalanan Nabi Musa untuk bertemu dengan Nabi Khaidir yang dalam surat tersebut mengatakan sebagai hamba yang sangat taat.
Alkisah pada suatu ketika saat Nabi Musa sedang berbincang-bincang dengan umatnya, lalu tetiba ada seorang yang bertanya siapakah manusia yang paling hebat di dunia ini, dan Nabi Musa pun menjawabnya bahwa dirinyalah yang paling hebat.
Allah menegur Nabinya dan berfirman bahwa ada seseorang yang jauh lebih hebat dan bijaksana dibanding dengan diri Nabi Musa, ia adalah seorang hamba yang sangat taat dan diberkahi dengan ilmu laduni.
Kemudian di perintahkanlah Nabi Musa untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan perahu menyusuri laut hingga mencapai pertemuan dua laut, dan membawa seekor ikan kering sebagai penanda apabila ikan yang sudah mati itu tetiba hidup dan melompat ke laut, maka disitulah Nabi Khaidir berada.
Para ulama mufassir berbeda pendapat terkait ayat ini, salah satunya berkata bahwa Musa yang di maksud itu bukanlah Nabi Musa sebagaimana yang kita kenal, melainkan ia adalah Musa yang lain lagi.
Musa dalam perjalanannya menemui sang hamba Allah yang di karuniai ilmu laduni ini di temani oleh salah satu muridnya. Namun, ulama pun berbeda pendapat terkait siapa yang menemani Nabi Musa selama dalam perjalanannya ini. Sebagian mengatakan budaknya, sebagian lagi mengatakan temannya yang bernama Yusa bin Nun.
Dalam perjalanan Nabi Musa menyusuri lautan, ulama berbeda pendapat terkait pertemuan dua laut ini. Sebagian mengatakan pertemuan laut merah dan laut putih yang menghubungkan antara laut Eropa dan Asia.
Sebagian berpendapat bahwa dua laut yang dimaksud itu adalah danau Timsha yang berada di terusan Zues yang berada di Mesir.
Kisah perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khaidir ini sangatlah menarik untuk di telaah, karena terdapat banyak pelajaran hidup bagi manusia.
Simak selengkapnya kajian ini dengan melihat link video berikut ini.
Kontributor: Nur Abdal Patta