Makassar, muisulsel.com – Pada masa Rasulullah di bulan Zulkaidah tahun ke sepuluh kenabian, Rasulullah kembali ke Kota Mekah untuk menawarkan kepada para kabilah dan individu agar memeluk Islam.
Pada bulan inilah para kabilah-kabilah dari penjuru Negeri berdatangan menuju kota Mekah untuk menunaikan ibadah haji, sehingga Rasulullah pun tak mau ketinggalan dan memanfaatkan momentum tersebut untuk mengajak para kabilah kabilah ini masuk agama Islam.
Rasulullah bahkan rela mendatangi para kabilah ini atau para suku-suku ini untuk menawarkan kepada mereka agar memeluk agama Islam, sebagaimana Rasulullah lakukan pada masa-masa awal kenabiannya.
Hingga tibalah Rasulullah pada satu kabilah yang ditawarkannya untuk memeluk Islam, namun salah satu dari mereka berkata kepada Rasulullah bahwa jika kami memeluk agamamu dan berbaiat kepadamu dan setelah sepeninggalmu kelak Apakah kami dapat menjadi pemimpin atau kami menggantikan dirimu sebagai penguasa dan adakah jaminannya pada kami?. Maka Rasulullah pun membaca motif mereka untuk ikut adalah motif politik untuk kekuasaan sehingga Rasul menjawab bahwa itu adalah urusan Allah, lalu mereka pun menolak ajakan Rasulullah untuk masuk agama Islam.
Sebuah kabilah dari Bani Amir sekembalinya berhaji dan tiba di negerinya, seseorang dari Bani Amir itu pun menceritakan kejadian tersebut kepada seorang yang sudah sepuh dan berusia lanjut bahwa di Kota Mekah ada seorang pemuda dari suku Quraisy yang mengaku dirinya seorang nabi dan mengajak untuk memeluk agama Islam.
Lantas sang sepuh tersebut menjawab bahwa dari keturunan Ismaili baru kali ini ada seseorang yang mengaku sebagai Nabi dan mengajak untuk memeluk Islam maka itu adalah benar adanya dan mengapa kalian tidak cerdik dan menangkap momentum tersebut.
Apakah hanya kabilah-kabilah atau suku-suku saja yang ditawarkan untuk memeluk agama Islam oleh Rasulullah? Ataukah Ia pun menawarkannya secara individu kepada orang lain yang cukup berpengaruh di negeri tersebut?
Simak ulasannya dalam tayangan link video berikut ini.
Kontributor: Nur Abdal Patta