Munawir Kamaluddin
Ada satu hal kecil yang sering dianggap remeh oleh banyak orang, tetapi dampaknya begitu besar hingga mampu menghancurkan harmoni kehidupan. Ia tidak tampak seperti badai besar yang menerjang, namun secara perlahan merusak seperti rayap yang melubangi fondasi kokoh.
Hal kecil itu adalah GOSIP, percakapan tanpa manfaat yang berisi kabar burung, celaan, atau bahkan aib orang lain, aib kelompok, aib institusi atau apa saja yang menjadi obyeknya yang bisa merusak harmonisasi interaksi.
Lebih dari sekadar kebiasaan buruk, gosip telah menjadi candu bagi banyak orang. Ia menawarkan sensasi sekejap berupa perhatian, hiburan, dan kebersamaan semu, tetapi di balik itu ia menyembunyikan dampak yang merusak.
Layaknya candu, gosip membuat orang terlena, bahkan ketagihan untuk terus mengulanginya, meski sadar bahwa yang mereka lakukan adalah salah.
Dalam setiap kata-kata yang terlontar, candu gosip menumbuhkan dosa dan luka, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat luas.
Gosip adalah racun yang membius, menawarkan rasa manis berupa perhatian dan kebersamaan, tetapi di balik itu ia menanamkan bibit kebencian, prasangka, dan fitnah.
Dalam gosip, kita membiarkan lisan kita melukai kehormatan orang lain, menggerogoti nilai persaudaraan, dan menciptakan jarak di antara hati manusia. Laksana api kecil yang ditiup angin, gosip dapat berubah menjadi kobaran besar yang membakar keharmonisan keluarga, meretakkan hubungan persahabatan, bahkan memecah belah masyarakat. Rasulullah SAW. mengingatkan kita tentang betapa bahayanya lisan:
“إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يُهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ”
“Sungguh, seseorang bisa mengucapkan satu kata yang ia anggap remeh, tetapi kata itu menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.”
(HR. Bukhari, no. 6477; Muslim, no. 2988)
Bayangkan jika lisan ini menjadi alat untuk melukai, bukankah ia justru melawan tujuan penciptaannya? Allah menciptakan lisan untuk menyampaikan kebaikan, menyebar kedamaian, dan menebar cinta kasih di antara manusia.
Namun, sering kali kita tergoda menggunakan lisan ini untuk menilai, mencemooh, atau bahkan memfitnah orang lain, seolah-olah dosa itu tidak berarti. Bahkan dalam perkembangan teknologi digital sekarang ini medsos dan media-media lainnya digunakan untuk menyosialisasikan gosib lewat layanan virtual sekalipun.
Gosip, meskipun tampak sederhana, adalah cermin dari rusaknya hati dan lemahnya iman. Ia muncul dari hasrat untuk merasa lebih baik dengan menjatuhkan orang lain, dari keinginan untuk menjadi pusat perhatian dengan menyampaikan hal yang belum tentu benar, atau sekadar dari kebiasaan buruk berbicara tanpa berpikir. Padahal, Allah dengan jelas melarang kita membicarakan keburukan orang lain:
“وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ”
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hujurat: 12)
Candu gosip tidak hanya melukai orang yang dibicarakan, tetapi juga meracuni orang yang mendengar dan menumpulkan nurani orang yang mengucapkan. Ia adalah dosa kolektif yang melibatkan semua pihak: pembicara, pendengar, dan orang yang membiarkannya terjadi. Bahaya candu ini tidak berhenti pada individu; ia merembet ke ranah sosial, menghancurkan kepercayaan, meretakkan persaudaraan, dan menanamkan benih-benih perpecahan.
Jika kita renungkan, betapa indahnya dunia tanpa gosip. Sebuah dunia di mana setiap orang menjaga lisan, memuliakan saudara-saudaranya, dan saling menyemangati dalam kebaikan. Bukankah kehidupan seperti itu yang kita dambakan?
Namun, untuk mencapainya, diperlukan kesadaran mendalam dan usaha bersama untuk menghentikan candu gosip yang telah mengakar di tengah masyarakat kita.
Mari kita jadikan lisan ini sebagai alat untuk membangun, bukan menghancurkan. Mari kita gunakan perkembangan teknologi digital dan energi kita untuk menciptakan harmoni, bukan konflik. Dan mari kita mulai dari diri sendiri untuk menjadi pribadi yang menjaga lisan, menebar kasih sayang, dan merawat persaudaraan.
Hanya dengan begitu, kita dapat mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian, sebagaimana diajarkan oleh Islam.
HATI-HATI CANDU GOSIP: MERETAKKAN PERSAUDARAAN
Gosip adalah fenomena sosial yang sering dianggap sepele, namun memiliki dampak yang destruktif terhadap hubungan sosial, persaudaraan, dan keharmonisan masyarakat.
Dalam Islam, gosip dikenal dengan istilah ghibah, yaitu membicarakan aib orang lain tanpa kehadirannya. Aktivitas ini tidak hanya merusak hubungan sosial tetapi juga menjadi bibit adu domba, kebencian, dan fitnah. Untuk itu, Islam memberikan perhatian besar terhadap bahaya gosip, sebagaimana tergambar dalam Al-Qur’an, hadits Nabi, serta pandangan para ulama.
Sebab-sebab Gosip
1. Iri Hati dan Kebencian
Iri hati sering kali menjadi pemicu gosip. Ketika seseorang merasa iri terhadap kelebihan orang lain, ia cenderung menyebarkan kabar buruk untuk menjatuhkan. Rasulullah SAW. bersabda:
“إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ”
“Jauhilah hasad (iri hati), karena hasad memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.”
(HR. Abu Dawud, no. 4903)
2. Kebiasaan Buruk Berbicara Tanpa Pikir
Kurangnya kontrol terhadap lisan juga menjadi faktor utama. Rasulullah SAW. mengingatkan:
•مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ”
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari, no. 6018; Muslim, no. 47)
3. Lingkungan yang Negatif
Berada di lingkungan yang sering membicarakan keburukan orang lain dapat memengaruhi seseorang untuk ikut serta. Lingkungan seperti ini menciptakan budaya gosip yang merusak norma sosial dan agama.
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
4. Kebutuhan Akan Pengakuan
Kadang-kadang, gosip dilakukan untuk menarik perhatian atau mendapat pengakuan dari kelompok sosial. Mereka merasa diakui ketika mampu membagikan informasi (meskipun buruk) yang belum diketahui orang lain.
Bahaya Gosip bagi Individu dan Sosial
Bahaya bagi Individu
1. Merusak Kehormatan Diri
Gosip mengurangi nilai moral individu. Orang yang sering menggosip cenderung kehilangan rasa hormat dari orang lain.
2. Menghancurkan Amal Kebaikan
Rasulullah SAW. bersabda:
“مَنِ اغْتَابَ أَخَاهُ فِي الْإِيمَانِ فَقَدْ نَقَضَ إِيمَانَهُ”
“Barang siapa menggunjing saudaranya seiman, maka ia telah meruntuhkan keimanannya.”
(HR. Ahmad, no. 21784)
3. Jiwa yang Tidak Tenang
Orang yang sering menggosip biasanya diliputi perasaan bersalah, khawatir, atau takut keburukannya sendiri akan terungkap.
Bahaya bagi Sosial
1. Meretakkan Persaudaraan
Gosip menciptakan suasana tidak percaya di antara anggota masyarakat. Orang yang menjadi korban gosip merasa tersingkir, sementara pelaku gosip terus menebar permusuhan.
2. Memicu Fitnah dan Adu Domba
Fitnah yang bersumber dari gosip dapat mengadu domba kelompok atau individu, sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW.
“لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ”
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.”
(HR. Bukhari, no. 6056)
3. Menghancurkan Keharmonisan Masyarakat
Gosip sering kali menjadi penyebab perpecahan. Hal ini bertentangan dengan prinsip Islam yang mendorong persatuan dan kasih sayang.
Solusi untuk Mengatasi Candu Gosip
1. Meningkatkan Kesadaran tentang Bahaya Gosip
Mempelajari ajaran Al-Qur’an dan hadits yang melarang gosip dapat meningkatkan kesadaran untuk menjauhinya.
“وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.”
(QS. Al-Mu’minun: 3)
2. Memperbanyak Zikir dan Ibadah
Zikir dan ibadah membantu seseorang menjaga hati dan lisan. Rasulullah SAW. bersabda:
“مَنْ كَثُرَ كَلَامُهُ كَثُرَتْ خَطَايَاهُ”
“Barang siapa banyak bicara, maka banyak pula kesalahannya.”
(HR. Ahmad, no. 17342)
3. Memilih Lingkungan yang Baik
Bergaul dengan orang-orang yang selalu berpikir positif dan menjauhi gosip dapat membantu seseorang terhindar dari candu gosip.
4. Memulai dengan Diri Sendiri
Sebelum menilai orang lain, seseorang harus introspeksi diri. Dengan fokus pada perbaikan diri, energi untuk membicarakan aib orang lain akan berkurang.
5. Mengembangkan Empati dan Kasih Sayang
Menyadari bahwa setiap orang memiliki kelemahan dapat menumbuhkan empati. Empati ini mencegah seseorang untuk membicarakan keburukan orang lain.
Sehingga dengan demikian maka gosip adalah candu yang merusak, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi keharmonisan sosial. Islam dengan tegas melarang gosip karena ia memutus tali persaudaraan, memicu kebencian, dan merusak moralitas.
Solusi dari candu gosip adalah dengan memperkuat keimanan, menjaga lisan, dan memperbanyak amal kebaikan. Dengan demikian, kita dapat menjadi individu yang tidak hanya menjaga diri tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis.
PENUTUP
Saat kita menutup lembaran pembahasan ini, mari sejenak berhenti dan merenung. Betapa lisan yang kecil ini, yang sering kita anggap remeh, ternyata memiliki kekuatan yang begitu dahsyat, baik untuk membangun atau menghancurkan.
Ia laksana pedang bermata dua; di satu sisi dapat menjadi alat untuk menyampaikan kebenaran dan menebar kasih, namun di sisi lain dapat menjadi senjata yang melukai, memecah belah, dan menimbulkan kehancuran.
Gosip, dalam segala bentuknya, adalah candu yang merusak. Ia menawarkan rasa manis sementara, tetapi diam-diam mencuri kedamaian hati, meretakkan kepercayaan, dan menciptakan jurang di antara manusia.
Candu ini merasuk perlahan, menjadikan gosip sebagai kebiasaan yang sulit dihentikan, bahkan terasa seolah menjadi kebutuhan. Namun, candu ini tidak hanya merusak individu yang terlibat, tetapi juga tatanan sosial yang lebih luas.
Sebagaimana candu lainnya, gosip memabukkan. Ia membuat orang merasa superior dengan membicarakan keburukan orang lain, seakan lupa bahwa setiap manusia memiliki aib dan kesalahan yang sama.
Dalam lingkaran candu gosip, kita sering lupa bahwa membicarakan saudara kita berarti membuka celah kehancuran bagi hubungan persaudaraan yang seharusnya kita jaga. Allah berfirman:
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا…”
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.”
(QS. Al-Hujurat: 12)
Mari kita sadar bahwa candu ini tidak hanya berbahaya bagi spiritualitas kita, tetapi juga berdampak buruk pada hubungan sosial. Gosip merusak rasa saling percaya, memicu konflik, bahkan bisa menjadi sebab timbulnya permusuhan dan kebencian yang mendalam. Dalam hadis Rasulullah SAW. disebutkan:
“لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ”
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika gosip menjelma menjadi candu, ia mencuri waktu, perhatian, dan energi kita yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
Sebaliknya, ia mengarahkan kita pada perbuatan yang tidak hanya menambah dosa, tetapi juga menghancurkan kehidupan sosial yang harmonis.
Maka, berhati-hatilah terhadap candu gosip ini. Jangan biarkan ia menguasai lisan dan hati kita.
Dari uraian ini, jelaslah bahwa gosip adalah penyakit sosial yang harus dihindari. Ia tidak hanya membawa kerusakan pada individu, tetapi juga menghancurkan hubungan antarmanusia, menimbulkan permusuhan, dan memecah belah umat. Gosip adalah cerminan dari lemahnya iman dan hilangnya rasa malu terhadap Allah.
Untuk mengatasi candu gosip ini, diperlukan langkah-langkah solutif yang berlandaskan nilai-nilai agama, seperti:
1. Menguatkan kesadaran spiritual dengan selalu mengingat bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat setiap ucapan dan perbuatan kita.
2. Memperbanyak introspeksi diri, menyadari bahwa setiap manusia memiliki kekurangan yang harus ditutupi, bukan dibuka atau dibicarakan.
3. Menggunakan lisan untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti menyebarkan kebaikan, mendamaikan orang yang berselisih, atau mengingatkan dalam kebenaran.
4. Memilih lingkungan yang baik, yang tidak membiasakan diri berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat.
Akhirnya, mari kita renungkan kembali tujuan dari keberadaan kita di dunia ini. Allah menciptakan kita untuk menjadi rahmat bagi semesta alam, bukan perusak. Lisan kita diciptakan untuk memuliakan, bukan untuk melukai. Jika candu gosip telah merasuk, maka sekaranglah saatnya untuk menghentikannya. Mari kita mulai dari diri sendiri, menjaga lisan, dan menjadikan dunia ini tempat yang penuh kasih sayang dan harmoni.
Sebagaimana firman Allah:
“وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا”
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.”
(QS. Al-Baqarah: 83)
Semoga kita menjadi hamba yang mampu menjaga lisan, memuliakan persaudaraan, dan menebar kebaikan dalam setiap langkah kehidupan. Hanya dengan begitu, kita dapat mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian dan cinta kasih, sebagaimana yang diinginkan oleh Sang Pencipta.# Wallahu A’lam Bishawab🙏 MK
SEMOGA BERMANFAAT
Munawir Kamaluddin