Bone, muisulsel.or.id – Tim media Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan atas arahan Sekretaris Umum membuat film dokumenter Anre Gurutta Haji Djunaid Sulaiman yang berlokasi di Kabupaten Bone.
Film dokumenter ini adalah lanjutan program MUI Sulsel yang sebelumnya telah merilis beberapa ulama Sulsel seperti AGH Abdurrahman Ambo Dalle di Mangkoso, AGH Daud Ismail di Soppeng, dan AGH Muin Yusuf di Sidenreng Rappang.
Prof Dr KH Muammar Bakry selaku Sekretaris Umum dan sekaligus sebagai pengarah dalam film ini mengatakan bahwa tahun ini MUI akan membuat rilisan film dokumenter AGH Djunaid Sulaiman.
Dalam perjalanannya, tim media yang dipimpin oleh Rizkayadi selaku Pimpinan Redaksi MUI Sulsel bersama dua staf lainnya telah berhasil bertemu dengan dua narasumber sebagai upaya pencarian jejak dan napak tilas sang ulama penyair ini, antara lain narasumber dari seorang murid dan salah satu anak dari AGH Djunaid Sulaiman yang sempat ditemui di kediamannya di Kabupaten Bone, Sabtu, 18 November 2023.
Menurut Drs H Hamzah Djunaid, MSi selaku anak sulung dari AG Djunaid menjelaskan bahwa AG menimba ilmu agama di tanah Haram Mekah selama kurang lebih tiga belas tahun lamanya.
Setelah menimba ilmu sekian lamanya di Mekah, maka AG Djunaid kembali ke tanah air dan mulai mengajarkan ilmu agama yang di dapatkannya selama merantau puluhan tahun.
Dengan bekal keilmuan yang di perolehan, maka AG pun membuka sebuah pesantren yang lebih dikenal dengan nama Pondok Pesantren Biru di Bone.
“Anregurutta adalah orang yang sangat mengutamakan ibadah, dan setiap selesai salat ia selalu menyampaikan ilmu-ilmu agama yang di dapatnya, dan dengan dasar itulah sehingga ia membuka sebuah pesantren yang di namakan pesantren Biru,” ungkap putra sulung sang ulama penyair ini.
AG Djunaid pun lebih dikenal sebagai seorang ulama penyair dari tanah bugis, dan ilmu syairnya inilah yang di turunkan kepada para muridnya sehingga banyak yang pandai bersyair oleh karenanya.
Selain sebagai seorang ulama, AG pun pernah bergabung di dunia politik yang saat itu ia bergabung dengan partai Golkar. “Setelah kembali dari tanah suci, Gurutta sempat bergabung dengan salah satu parpol dan berhasil duduk di DPRD Kabupaten Bone selama dua periode, dan satu periode di MPR pusat,” tandas Hamzah Djunaid.
Ia menambahkan pula jika ayahnya bergabung dalam parpol adalah sebagai upaya menepis anggapan pemerintah bahwa dirinya sangat pro terhadap Kahar Muzakkar yang saat itu telah di cap oleh negara sebagai pemberontak.
Namun, sebelumnya memang dirinya pernah bergabung dan menjadi pengikut Kahar Muzakkar sebelum akhirnya ia keluar dan bergabung dengan partai penguasa saat itu.
AG Djunaid adalah seorang sosok yang sangat cinta terhadap agama. Hal itu terlihat dari kepeduliannya terhadap perkembangan syiar Islam yang bahkan semasa hidupnya ia telah memprakarsai tiga pesantren besar di Sulsel yakni DDI Mangkoso, As’Adiyah dan Ponpes Biru untuk saling bergilir melakukan kegiatan hari-hari besar keagamaan di salah satu pesantren tersebut.
Sebagai tambahan informasi formasi, AGH Djunaid Sulaiman lahir pada tanggal 19 Agustus 1921, dan wafat pada tanggal 7 Desember 1996. Ia memiliki 16 orang putra dan putri, namun beberapa keturunannya pun telah wafat. Ia pun pernah di angkat sebagai Ketua MUI pertama di Kabupaten Bone, menurut keterangan Hamzah Djunaid.
Kontributor: Nur Abdal Patta