Prof Dr KH Kamaluddin Abunawas, MA (Ketua Bidang Pendidikan dan Pengkaderan MUI Sulsel)
Makassar, muisulsel.or.id – Rasulullah Saw diutus ke dunia ini untuk menjadi panutan dan menjadi nabi yang terbaik di antara puluhan nabi dan rasul dan untuk menghargai kaum fakir dan anak yatim.
Ketika Rasulullah ditanya siapa muslim yang terbaik, lalu beliau menjawab ada dua. Yang pertama seorang muslim yang terbaik itu adalah yang senang memberi makan pada sesamanya, suka memberi dan suka bersedekah. Terlebih di bulan suci Ramadan ini akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
Orang-orang yang tidak suka memberi makan atau tidak ada niat untuk memberi makan orang fakir, mereka inilah yang di tuding oleh Alquran sebagai pendusta agama sebagaimana dalam surat Al-Ma’un ayat 1-3.
Mereka ini bukannya memberi makan, tetapi bahkan menghardik orang fakir dan anak yatim. Lalu di ayat ketiga disebutkan bahwa mereka tidak ada inovasi dan tidak ada perhatian untuk memberi makan orang miskin, atau anak-anak yang sedang dalam menuntut ilmu di perantauan, mereka inilah di tuding sebagai pendusta agama.
Salah satu penyebab doa-doa kita tidak diterima oleh Allah Swt, oleh karena hati kita yang sudah mati. Dan di antara tanda-tanda hati yang mati adalah tidak peduli terhadap orang fakir dan miskin. Padahal mereka adalah beban-beban Allah di muka bumi ini (dalam tanda petik).
Sementara para wakil Allah di bumi yakni orang-orang yang mampu dan memiliki kelebihan harta tetapi tidak mau peduli terhadap sesama.
Lalu yang kedua sabda Rasulullah bahwa muslim yang terbaik itu adalah orang-orang yang mau menjawab salam. Meskipun ucapan salam ini hanyalah sunnah hukumnya tetapi menjawabnya adalah fardu kifayah. Mengapa demikian, karena ucapan salam adalah mereka mendoakan pada diri kita.
Menjawab salam ini juga karena hukumnya fardu kifayah, maka ketika ada satu orang yang telah menjawab salam, gugurlah kewajiban yang lainnya meskipun jika menjawab itu jauh lebih baik.
Kontributor: Nur Abdal Patta
