Makassar, muisulsel.or.id – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan Prof Dr KH Nadjamuddin Abd Shafa, Lc MA, dalam program acara Mutiara Pagi Pro 1 RRI Makassar, edisi Ahad (20/1/2024) berpesan agar seluruh umat Islam itu wajib mengikuti pemilu.
Gurutta Nadjamuddin menegaskan arahan dari MUI pusat untuk bersikap Netral selama belum ada himbauan dari MUI Pusat. Karena sejatinya MUI Sulawesi Selatan itu tidak dibenarkan mengambil sikap yang berbeda dari arahan MUI pusat.
Dalam program acara mutiara pagi Pro 1 RRI Makassar, yang mengambil topik pembahasan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara ulama dalam persoalan fiqhiyah.
Pria yang menyandang gelar guru besar bahasa Arab kampus UNHAS ini, menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan di kalangan ulama pada perkara furu’iyah (cabang-cabang perkara). Menurutnya, beberapa faktor tersebut diantaranya adalah adanya perbedaan kondisi dari daerah-daerah yang ada di seluruh dunia yang mendorong terjadinya perbedaan pemahaman terhadap dalil ataupun Nash yang ada.
KH Nadjamuddin pun mengingatkan bahwa perbedaan tersebut hanya terjadi pada perkara-perkara furu’iyah dan bukan pada perkara-perkara yang pokok dalam agama. “Sebagai umat Islam maka sebaiknya kita memegang prinsip yaitu bersatu dalam masalah pokok, misalnya aqidah bahwa Tuhan itu Satu, dan juga persoalan salat, puasa, dan zakat, itu adalah hukumnya wajib. Berbeda halnya dengan persoalan furu’iyah atau fiqhiyah yang diharapkan umat Islam saling bertoleransi,” tutur Kyai Naja sapaan akrab Ketum MUI.
Dalam program acara tersebut, Gurutta Naja menyempatkan untuk menanggapi pertanyaan dari salah satu penelpon atas nama Ahmad Irwan dari Bandung Timur, yang menanyakan bagaimana menyikapi perbedaan pada tahun politik di tahun ini yang terkadang bahkan sampai memutus tali silaturahmi dengan keluarga.
“Jika menyangkut persoalan politik maka silakan masing-masing memilih mana yang dianggapnya yang terbaik,” jelasnya. “Yang pasti bahwa MUI sudah memfatwakan agar masyarakat harus ikut dalam pemilu dan tidak boleh golput karena pada tanggal 14 Februari nanti yang akan menentukan bagaimana masa depan Indonesia selama 5 tahun kedepan,”.
Pria yang berasal dari Kabupaten Bone ini berharap umat Islam nanti mengambil Bagian untuk memberikan suara. “Sebaiknya jangan ada orang yang akan menjual nasibnya selama 5 tahun hanya dengan menerima uang 50 ribu, atau 200 ribu. Tapi yang perlu diingat bahwa dalam agama mengatakan Al rasyi Wal murtasyi pemberi suap dan penerima suap finnaar keduanya berada dalam neraka,” tukas Kyao Naja.
Selain KH Nadjamuddin juga berpesan akan pentingnya untuk menjaga NKRI kita yang sudah sekian lama kita rawat bersama. Jangan hanya karena persoalan kecil saja yang menyebabkan rusaknya persatuan kita terutama persaudaraan kita. Apalagi kalau sampai merusak hubungan silaturahmi keluarga, dan jika sampai pada tanggal 14 Februari masih bingung dalam menentukan pilihan, maka dalam agama dianjurkan untuk melaksanakan salat istikharah untuk memohon petunjuk dari Allah Swt.
Kontributor: Nur Abdal Patta