GORESAN PAGI: Pamitan Atau Doa Pada Orang Terdekat

Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA (Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)

Makassar, muisulsel.or.id – Dikisahkan dalam Al-Qur’an bahwa nabi Ibrahim as dan Ya’qub as ketika pamitan pada keluarga besar mereka. Di akhir haya nabi Ibrahim as dan Ya’qub as telah memastikan keluarganya dalam kondisi yang baik-baik saja bahkan nabi Ibrahim as berpesan :

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Nabi Ya’qub as berkata :

اِذۡ قَالَ لِبَنِيۡهِ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِىۡؕ قَالُوۡا نَعۡبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَآٮِٕكَ اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖۚ وَّنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ

Ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”

Kedua nabi tersebut ,tidak melepas tanggung jawab terhadap amanah yang pernah dicanangkan kepada generasi penerus, atau kepada orang orang terdekatnya, suatu hal yang dicanangkan baik, akan terus menjadi baik, bila itu dipertahankan adanya dan dirawat kelestariannya.

Berpamitan merupakan etika tingkat tinggi pada orang yang beretika dalam tingkah laku dan perbuatan, banyak nilai dan kemuliaan diperoleh seseorang di saat ia berpamitan pada orang-orang yang dicintainya dan dimuliakannya.

Diantara nilai-nilai itu adalah seseorang berpamitan maka ia didoakan keselamatan dan perlindungan, dalam kepergian dan perjalanan yang dimaksudkan oleh orang berpamit itu. Atau sebaliknya yang berpamitan mendoakan yang ditinggalnya dengan tulus agar senantiasa terlindungi dan tetap sejahtera di masa-masa ditinggalkan oleh yang berpamitan ini dari sisi doa.

Di sisi lain manfaat yang besar adalah adanya kesepahaman pengalihan tanggung jawab dari yang berpamit kepada yang di tinggal, atau adanya rasa tolong menolong ditimbulkan di hati yang ditinggal, untuk ikut mengamati, memperhatikan, melindungi dan mengontrol hal- hal berkenaan tugas dan tanggung jawab orang berpamit itu baik secara struktural atau secara kekeluargaan.

Umar bin Khattab berpamitan kepada Rasulullah saw untuk berumroh, maka nabi berpesan minta didoakan oleh Umar ra, walau yang minta didoakan itu jauh lebih mulia di sisi agama dari yang mendoakan :

عمرَ بن الخطاب رضي الله عنه قال: اسْتأذَنْتُ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم في العُمْرَةِ، فَأذِنَ، وقال: ((لا تَنْسَانَا يَا أُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ)) فقالَ كَلِمَةً ما يَسُرُّنِي أنَّ لِي بِهَا الدُّنْيَا.
وفي رواية قَالَ: ((أشْرِكْنَا يَا أُخَيَّ في دُعَائِكَ)). رواه أَبُو داود والترمذي، وقال: (حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحيح).

Umar bin Khattab berkata : “Saya berpamitan kepada Rasulullah saw untuk berumroh beliau berkata : “Jangan lupakan saya, hai saudaraku, dari setiap doa yang kau panjatkan, itulah ungkapan nabi yang membuat saya tidak gembira memiliki dunia ini, “.

Dalam riwayat lain nabi berpesan: “Ikutkan saya hai saudaraku pada setiap doa-doamu”. HR Abu Dawud dan Thurmuziy.

Diantara pesan yang baik disampikan pada yang berpamit oleh yang ditinggal adalah pesan doa agar Allah senantiasa jaga agama, amanah dan penyelesaian. Tugas-tugas secara baik dan diridhoi Allah Swt, demikian disyariatkan Rasulullah saw ketika melepas salah satu angkatan perang yang hendak pergi bertugas;

أسْتَوْدِعُ اللهَ دِينَكُمْ، وَأمَانَتَكُمْ، وَخَواتِيمَ أعْمَالِكُمْ. حديث صحيح، رواه أَبُو داود وغيره بإسناد صحيح.

“Saya titip pada Allah agama kalian diperhatikan dalam perjalanan, juga amanah kalian dan setiap penyelesaikan urusan kalian (Diridhoi Allah)

Diantara manfaat orang berpamitan ialah memastikan baik atau buruknya kondisi bagi yang bepergian apakah telah cukup bekal perjalanannya?, ataukah butuh bekal tambahan baik berupa materi atau non materi?. Dari sisi non materi hal yang paling utama, karena kesiapan jiwa dan mental adalah dua hal yang harus siap bagi yang bepergian, berkaitan dengan materi bisa saja didapatkan dengan berbagai cara-cara yang baik di perjalanan, namun yang non materi adalah bekal yang siap siaga bagi yang hendak bepergian sebelum bepergian terlaksana.

Suatu etika yang lumrah dan mulia, bila seseorang itu berpamitan dan minta dibekali nasehat-nasehat jitu di dalam perjalanan, sebagai contoh diceritakan seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw meminta bekal non materi kepada Rasulullah saw maka nabi memerhatikan kebutuhannya dan memenuhi harapannya;

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَا رسولَ الله إنّي أُرِيدُ سَفَرًا، فَزَوِّدْنِي، فَقَالَ: ((زَوَّدَكَ الله التَّقْوَى)) قَالَ: زِدْنِي قَالَ: ((وَغَفَرَ ذَنْبَكَ)) قَالَ: زِدْنِي، قَالَ: ((وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ)). رواه الترمذي، وقال: (حَدِيثٌ حَسَنٌ).

Seseorang mendatangi Rasulullah saw ; saya mau berpamitan musafir, berilah bekal padaku. Rasulullah saw menjawab “Allah tambahkan rasa taqwa padamu, ada lagi ya rasulullah ?” Allah ampuni segala kekhilafan, Ada lagi ya rasulullah? “Allah mudahkan rezekimu dimanapun kamu berada, “.H.R Al-Thurmudziy.

Berpamitan dengan meminta didoakan atau mendoakan adalah syariat yang telah membudaya dalam komunitas muslim yang taat beragama, berpamitan juga akan memupuk ukhuwah dan tenggang rasa, dalam skop kemasyarakatan.Berpamitan dilakukan bila ada yang bepergian tanpa melihat latar belakang orang yang ditinggal, berpamitan itu adalah budi pekerti luhur bagi orang- orang yang mengakar keimanannya di dalam dada. Wallahu A’lam.

Irfan Suba Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.