UJAS: Jasad Telah Pergi Namun Jejak Tak Pernah Hilang

Munawir Kamaluddin

Dalam sunyi yang tiba-tiba menggema, kabar kepergian UJAS panggilan populer Dr. H. Usman Jasad, S.Ag., M.Pd., mengalir bagaikan petir di siang hari.

Betapa tidak, sosok yang dikenal sebagai seorang akademisi terhormat, muballigh yang penuh inspirasi, serta pengusaha yang dermawan itu, berpulang dengan begitu mendadak.

Tidak ada tanda-tanda penyakit, tidak pula riwayat yang mengindikasikan kondisi serius. Beliau sehat, energik, dan penuh semangat dalam menjalankan segala amanahnya hingga hari-hari terakhirnya.

Kepergian beliau begitu mengejutkan. Bagaimana tidak, hanya beberapa waktu sebelum ajal menjemput, beliau masih sempat berbicara, menyapa, bahkan bercanda dengan sahabat-sahabatnya.

Dalam tugas mulianya sebagai seorang muballigh, Dr. Usman Jasad senantiasa berada di tengah umat, menyampaikan pesan-pesan kebaikan, membimbing, dan menginspirasi banyak orang.

Bahkan di tengah kesibukan beliau sebagai akademisi dan tokoh masyarakat, beliau masih mengelola bisnis travel haji dan umrah, sebuah usaha yang bukan hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga penuh keberkahan.

Ada saat-saat dalam hidup ini ketika kabar yang datang tiba-tiba mengubah suasana hati, menenggelamkan kita dalam keheningan, dan menghadirkan rasa kehilangan yang begitu dalam.

Seperti ombak yang perlahan menyapu garis pantai, kabar kepergian seseorang yang kita cintai datang tanpa peringatan, meninggalkan bekas yang tak bisa dihapus oleh waktu.

Kepergian Dr. H. Usman Jasad bukan hanya menggetarkan hati mereka yang mengenalnya, tetapi juga mengguncang jiwa-jiwa yang pernah disentuh oleh kebaikan dan ketulusan beliau.

Beliau bukan sekadar sosok biasa. Dr. Usman Jasad adalah seorang akademisi yang dihormati, muballigh yang penuh hikmah, dan pengusaha yang selalu menjadikan keberkahan sebagai pondasi hidupnya.

Dalam setiap langkahnya, beliau membawa cahaya yang mampu menerangi banyak hati, memberikan arah kepada mereka yang kehilangan jalan, dan menyulam harapan kepada mereka yang hampir putus asa. Kepergian beliau mengajarkan kepada kita bahwa hidup yang bermakna tidak diukur dari panjangnya usia, tetapi dari dalamnya jejak kebaikan yang kita tinggalkan.

Tidak ada yang menyangka bahwa sosok yang dikenal begitu sehat, penuh energi, dan tak kenal lelah ini akan pergi secepat itu. Beliau adalah seseorang yang selalu hadir di tengah umat, menyampaikan pesan-pesan penuh hikmah, membangun hubungan yang erat dengan sahabat, dan bahkan masih sempat menjalankan tugas-tugas pentingnya hingga hari-hari terakhirnya.

Bayangkan, hanya beberapa waktu sebelum ajal menjemput, beliau masih menyapa dengan senyum khasnya, bercanda dengan keluarga ,teman-teman, dan berbagi cerita yang penuh kehangatan. Tetapi takdir Allah adalah rahasia yang tidak bisa kita duga.

Senyum Yang Menyapan Tanpa Pilih Kasih.

Senyum itu, senyum yang tulus dan hangat, adalah salah satu warisan terbesar beliau. Setiap orang yang pernah bertemu beliau pasti bisa merasakan keikhlasan yang terpancar dari wajahnya. Tidak peduli siapa yang beliau temui, apakah itu sahabat dekat, rekan kerja, atau bahkan orang yang baru dikenalnya, beliau selalu menyapa dengan penuh keramahan, seolah dunia tidak pernah menyisakan ruang untuk kebencian dalam hatinya. Senyum itu kini telah pergi, tetapi kenangannya akan selalu hidup di hati kita.

Dermawan Yang Tidak Pernah Hitung-Hitungan

Dalam dunia yang seringkali dipenuhi oleh egoisme, Dr. Usman Jasad adalah oase yang menghadirkan kebaikan. Bisnis travel haji dan umrah yang beliau kelola bukan sekadar ladang usaha, tetapi juga ladang amal. Berapa banyak orang yang lemah secara ekonomi, tetapi akhirnya mampu merasakan nikmatnya beribadah di Tanah Suci karena kedermawanan beliau? Berapa banyak tokoh berjasa dan individu berprestasi yang diberangkatkan ke Tanah Suci sebagai bentuk penghargaan dari beliau? Tidak ada yang tahu pasti jumlahnya, tetapi semua itu adalah bukti nyata bahwa beliau menjalani hidupnya dengan penuh cinta dan empati kepada sesama.

Muballigh Yang Membumi

Sebagai seorang muballigh, beliau adalah figur yang tidak hanya berbicara tentang agama, tetapi juga menjalankan nilai-nilai Islam dalam setiap tindakannya. Dalam setiap ceramahnya, ada ketulusan yang mengalir, ada hikmah yang menyentuh, dan ada semangat yang membakar jiwa. Beliau mengajarkan kita bahwa agama bukan hanya tentang ritual, tetapi tentang bagaimana kita hidup bersama orang lain, bagaimana kita menjadi rahmat bagi semesta, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Akademisi Yang Menginspirasi

Sebagai seorang akademisi, beliau adalah panutan bagi banyak orang. Keilmuan beliau bukan hanya tentang teori, tetapi juga tentang bagaimana ilmu itu bisa diterapkan untuk kebaikan umat. Dalam tugasnya sebagai pendidik, beliau tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur kepada para mahasiswa dan rekan-rekannya.

Kehilangan Yang Mengajarkan Kita Banyak Hal

Kepergian beliau adalah pengingat bagi kita semua bahwa hidup ini hanya sementara. Tidak peduli seberapa besar rencana yang kita buat, tidak peduli seberapa banyak pencapaian yang telah kita raih, pada akhirnya, semuanya akan kembali kepada Sang Pencipta. Namun, kehidupan beliau juga mengajarkan bahwa meskipun waktu kita di dunia ini terbatas, kita bisa menjadikan hidup ini berarti dengan cara meninggalkan jejak kebaikan yang akan terus dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan.

Hidup beliau adalah teladan tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini. Bahwa setiap senyum, setiap uluran tangan, setiap langkah yang kita ambil, bisa menjadi ladang amal yang akan terus mengalir pahalanya meskipun kita telah tiada.

Kini, tugas kita yang ditinggalkan adalah melanjutkan kebaikan beliau, menjaga semangat yang beliau tanamkan, dan menjadikan hidup kita lebih bermakna seperti yang beliau contohkan.

Mari kita jadikan momen ini sebagai refleksi, bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup kita sendiri. Karena pada akhirnya, kita semua akan menempuh jalan yang sama. Dan ketika saat itu tiba, semoga kita juga meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, seperti yang beliau lakukan.

Menyingkap Hakikat Kematian

Kematian adalah satu-satunya kepastian dalam hidup ini, sebuah janji yang telah ditetapkan Allah kepada setiap jiwa. Ia datang tanpa memandang usia, kesehatan, ataupun kedudukan.

Kepergian Dr. H. Usman Jasad menjadi pengingat yang dalam bahwa kehidupan ini hanyalah perjalanan singkat menuju keabadian.

Dengan segala kebaikan yang beliau tebarkan, senyum yang selalu menyapa, dan kontribusi besar dalam membangun umat, kematiannya bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tetapi juga bagi semua orang yang mengenalnya. Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Ankabut: 57)

Ayat ini mengajarkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Sebanyak apapun harta, sebaik apapun kesehatan, dan setinggi apapun jabatan, tidak ada satu pun yang dapat menghindar dari ketetapan ini. Kematian adalah pintu yang akan dilalui oleh setiap makhluk menuju kehidupan yang kekal.

Kematian Sebagai Perjalanan Menuju Allah

Rasulullah SAW. bersabda:
اَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yaitu kematian).”
(HR. Tirmidzi, no. 2307)

Mengingat kematian bukanlah untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai pengingat agar setiap detik kehidupan diisi dengan amal kebaikan. Dr. Usman Jasad adalah contoh nyata bahwa hidup yang singkat dapat memberikan manfaat yang luas.

Beliau telah mengisi hari-harinya dengan kebaikan, senyum yang tulus, dan bantuan yang tidak pandang bulu. Kepergiannya yang tiba-tiba menjadi pelajaran bahwa kita pun harus selalu bersiap, karena maut tidak pernah memberi tanda atau peringatan.

Peringatan dari Para Sahabat dan Ulama

Umar bin Khattab r.a. pernah berkata:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَزِنُوا أَعْمَالَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنَ عَلَيْكُمْ
“Hisablah (evaluasilah) dirimu sebelum dirimu dihisab (oleh Allah). Timbanglah amalmu sebelum amalmu ditimbang (pada hari kiamat).”

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan, “Mengingat kematian adalah cambuk bagi jiwa, yang mengembalikan hati kepada Allah dan menjauhkannya dari cinta dunia.” Maka, kepergian seseorang yang begitu mulia seperti Dr. Usman Jasad bukan hanya duka, tetapi juga momen untuk mengintrospeksi diri, apakah kita telah mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang ini?

Ajakan untuk Meningkatkan Kesadaran

Kematian tidaklah memilah. Ia datang kepada yang tua dan muda, yang sakit maupun sehat, yang miskin maupun kaya.

Dalam kepergian beliau, kita belajar bahwa persiapan terbaik adalah amal kebaikan yang tulus. Rasulullah SAW. bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim, no. 1631)

Kepergian Dr.H. Usman Jasad adalah salah satu bukti bahwa amal yang beliau tinggalkan menjadi warisan yang tidak akan pernah hilang. Setiap orang yang terbantu oleh kebaikannya, setiap ilmu yang diajarkan, dan setiap senyum yang diberikan adalah saksi dari keindahan hidup yang penuh manfaat.

Pelajaran dari Kepergian

Kita semua adalah musafir di dunia ini. Tidak ada yang akan abadi, dan setiap kita akan pulang kepada Sang Khalik. Allah mengingatkan dalam firman-Nya:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali Imran: 133)

Kematian mengajarkan kita untuk tidak menunda-nunda kebaikan. Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai kita menyesal saat maut datang menjemput, sementara kita belum mempersiapkan apa-apa.

Karena itu, Kehidupan ini seperti perjalanan singkat di atas jembatan yang sempit. Kita tidak tahu kapan kita akan sampai di ujungnya, tetapi kita tahu bahwa setiap langkah yang kita ambil mendekatkan kita kepada akhir perjalanan. Mari kita isi langkah-langkah itu dengan kebaikan, senyuman, dan manfaat bagi sesama, agar saat waktu kita tiba, kita bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang, seperti Dr. Usman Jasad yang telah memberikan banyak pelajaran melalui hidupnya.

Saat Masih Ada Kesempatan

Betapa besar karunia Allah saat ini, ketika kita masih mampu memandikan tubuh kita sendiri, sebelum tiba waktunya tubuh ini dimandikan oleh tangan-tangan lain yang tak kuasa menolak takdir. Kita masih diberi kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju masjid, sebelum tubuh ini digotong oleh orang-orang yang mengantar kita ke rumah abadi. Kita masih memiliki waktu untuk berdiri di belakang imam, melafalkan takbir bersama jamaah, sebelum tubuh kita terbujur di depan imam untuk dishalatkan. Kita masih diberi kemampuan membaca Al-Qur’an dengan hati yang penuh, sebelum ayat-ayat itu dibacakan untuk mengiringi peristirahatan terakhir kita. Kita masih bisa menziarahi kuburan, mengingatkan diri akan kematian, sebelum saatnya kita menjadi bagian dari mereka yang diziarahi.

Mengapa kita lalai?

Setiap detik adalah nikmat yang terlalu sering kita abaikan. Kita sibuk dengan dunia, lupa bahwa detik-detik ini adalah pinjaman yang akan habis. Rasulullah SAW. bersabda:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al-Hakim, no. 7846)

Setiap nafas adalah pemberian yang takkan kembali. Namun, betapa sering kita mengisi hari dengan kelalaian, seakan waktu adalah milik kita selamanya. Kita lupa bahwa hari ini adalah kesempatan yang mungkin tak datang lagi esok.

Kelemahan Segala yang Kuat
Besinya kuat, tetapi api mampu meleburkannya. Api itu kuat, tetapi air dengan tenangnya mampu memadamkannya. Air itu kuat, tetapi awan dengan lembut mampu menyerapnya. Awan itu perkasa, tetapi angin yang tak terlihat mampu menolaknya. Angin itu kuat, tetapi bukit yang kokoh mampu menahannya. Bukit itu megah, tetapi manusia dengan akal dan kekuatan mampu meruntuhkannya. Manusia itu terlihat perkasa, tetapi nafsu sering kali menundukkannya. Namun, sebesar apapun kekuatan nafsu, iman mampu mengalahkannya.

Dan jika iman telah tegak, tidak ada yang mampu meruntuhkannya. Allah berfirman:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di kehidupan dunia dan di akhirat.”
(QS. Ibrahim: 27)

Iman adalah benteng yang melindungi dari godaan dunia. Ia adalah pelita dalam gelap, tali yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Namun, iman ini bukanlah sesuatu yang datang tanpa usaha. Ia harus dipupuk dengan dzikir, dipertahankan dengan ibadah, dan dikuatkan dengan kesabaran.

Mengapa Menunggu Esok?

Mengapa menunggu esok untuk bertaubat, padahal kematian mungkin mengetuk pintu malam ini? Mengapa menunggu kesempatan yang lain, padahal Allah telah memberikan waktu hari ini? Umar bin Khattab r.a. pernah berkata:
وَاعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيشُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوتُ غَدًا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok.”

Hari ini, kita masih bisa memilih. Kita masih bisa mengubah arah hidup, meninggalkan jejak kebaikan yang abadi. Jangan biarkan kelalaian merampas peluang kita. Jangan biarkan penyesalan menjadi satu-satunya teman di saat terakhir.

Sebuah Ajakan untuk Merenung
Setiap detik adalah kesempatan. Setiap hari adalah anugerah. Jangan sia-siakan hidup yang tersisa dengan kelalaian.

Mari kita isi waktu ini dengan ibadah, dengan kebaikan, dan dengan manfaat bagi sesama. Rasulullah SAW. bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad, no. 23408)

Dan ketika kita mempersiapkan diri dengan amal baik, kematian tidak lagi menjadi hal yang menakutkan. Ia menjadi pintu menuju pertemuan dengan Allah, sebuah akhir dari perjalanan fana menuju keabadian.

Karena itu menjadi renungan bagi kita bahwa Renungan hidup ini seperti tetesan embun di ujung daun, begitu rapuh dan cepat menghilang.

Namun, selama embun itu masih ada, ia mampu memancarkan keindahan yang luar biasa di bawah sinar matahari. Begitu pula dengan hidup kita. Sebelum waktu kita habis, jadikan setiap momen bermakna. Persiapkan diri sebelum tiba saatnya kita tak mampu berbuat apa-apa.

Mari, saat ini juga, luruskan niat, perbaiki amal, dan jadilah hamba yang siap untuk pulang kapan saja. Semoga Allah menerima semua usaha kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menguatkan iman kita hingga akhir hayat.

Semoga Allah menerima amal baik beliau, mengampuni dosa-dosanya, dan menempatkannya disurga Firdaus-Nya yang paling mulia.Dan semoga kepergian beliau pengingat bagi kita semua untuk selalu mempersiapkan diri, karena maut tidak mengenal usia , tidak memandang kesehatan, dan tidak bisa ditunda.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hasyr: 10).# Wallahu A’lam Bishawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.