HIKMAH HALAQAH : Tahun Kesedihan Rasulullah

Makassar, muisulsel.com – Setiap manusia telah digariskan takdirnya oleh Allah swt perihal rezeki, jodoh, dan kematian, sehingga tak seorang pun yang tahu kapan dan dimana ia akan wafat namun pasti itu akan terjadi.

Pada tahun ke-10 masa kenabian, saat itulah menjadi tahun-tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad saw. Betapa tidak sedih, di tahun itulah wafatnya orang-orang yang sangat dicintai oleh Nabi diantaranya paman Nabi Abu Thalib wafat yang semasa hidupnya ini telah membela dakwahnya dan membantu Nabi di dalam menyebarkan agama Islam yang kala itu menjadi agama yang baru bagi seluruh penduduk Makkah.

Setelah Nabi bebas dari pemboikotan yang dilakukan oleh kaum kafir Qurais dalam sebuah lembah, tatkala Nabi mendengar kabar bahwa pamannya Abu Thalib sedang mengalami sakaratul maut, maka ia bergegas menuju ke rumah pamannya dengan maksud ingin mengislamkan dengan kalimat syahadat namun hal itu tidak pernah terjadi disebabkan karena disamping pamannya telah hadir Abu Jahal bersama Abdullah Ibnu Umayyah sehingga terhalanglah niat itu.

Mengapa hal tersebut tidak terjadi? Sebuah pendapat mengatakan bahwa Abu Thalib tidak bersyahadat dihadapan Nabi oleh karena ia malu di dengar oleh Abu Jahal dan Abdullah Ibnu Umayyah, namun demikian Nabi tetap berdoa akan memintakan ampun kepada Allah selama hal itu tidak dilarang.

Ini menandakan kecintaan dan rasa hormat yang tinggi yang dilakukan oleh Nabi saw, walau setelah itu turunlah ayat dalam Surat At Taubah ayat 113 yang menjelaskan tentang sikapnya memintakan ampun kepada Allah bahwa tidaklah layak seorang Nabi dan kaum muslimin memintakan ampun walaupun itu adalah kerabat terdekatnya setelah turunnya pembenaran agama.

Berselang dua bulan kemudian kesedihan tersebut bertambah lagi dengan kembalinya istri tercintanya yakni Sitti Khadijah ke hadirat Allah Swt yang selama ini telah mendampingi dan berkorban seluruh hartanya untuk dakwah, dimana kewafatan istri Nabi ini terjadi di bulan Ramadhan. Sehingga inilah yang menjadi penyebab dikatakannya sebagai tahun kesedihan bagi Nabi.

Mengapa hal ini membuat Nabi jadi sangat sedih dengan kepergian Ummul Mu’minin?, apakah rahasia yang tersimpan dalam diri Sitti Khadijah yang menjadikannya sebagai kenikmatan paling tinggi yang dirasakan oleh Nabi?, apa pula yang membuat Nabi setia kepada istrinya selama hidupnya Sitti Khadijah?, (NAP)

Ikutilah tayangan dibawah ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.