Meneladani Rasulullah Dalam Berbangsa dan Bernegara

Ust. Muammar Bakry Saat Memberikan PEngajian di Masjid Al Markaz Al Aislami

Makassar, muisulsel.com – Sekretaris Umum MUI Sulawesi Selatan Ust. Muammar Bakry mengungkapkan dalah khutbahnya yang berjudul Meneladani Rasulullah Dalam Berbangsa dan Bernegara.

Dalam isi dakwahnya, mengungkapkan bukti sejarah bahwa ternyata Rasulullah berhasil membangun Yastrib sebagai kota peradaban yang aman, tenteram, toleran, adil dan makmur. Inilah kemudian Yastrib berubah nama menjadi Madinah al-Munawwarah.

Awal tahun 620 M Nabi Muhammad SAW bertemu enam orang Yastrib dari Kabilah Khazraj yang berziarah ke Mekah. Ajakan Nabi kepada mereka untuk memeluk Islam disambut baik, bahkan disahkan dalam satu Perjanjian Aqabah. Isi perjanjiannya: “Tidak akan mempersekutukan Allah SWT. Tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak. Tidak akan saling mengfitnah dan tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya, pada tahun 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud mengadakan perjanjian Aqabah 2 sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah ke Yatsrib. Perjanjian Aqabah 2, diikuti 75 orang Yastrib dan Nabi Muhammad SAW didampingi pamannya, Sayyidina Hamzah.

Dua perjanjian tersebut mengisnpirasi Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah ke Yatsrib. Lalu beliau perintahkan kepada para sahabatnya untuk hijrah ke Yastrib secara sembunyi-sembunyi. Sementara Nabi sendiri dan beberapa sahabat lainnya masih tinggal di Mekah seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib dll, sambil menunggu turunnya ayat untuk berhijrah.

Setidaknya ada tiga hal yang mendasar dilakukan Rasulullah saw. Pertama, menjadikan masjid sebagai pusat semua kegiatan (center of activities). Masjid sebagai tempat pertemuan dan pembinaan umat.

Kedua, membangun persaudaraan antar sesama muslim (ukhuwah islamiyah). Solidaritas, soliditas dan kohesivitas sosial antar sesama umat Islam berhasil ditanamkan dalam pribadi muslim, bahwa persaudaraan bukan saja didasarkan pada nasab, tapi juga aqidah islamiyah.

Ketiga, membangun persaudaraan antar umat (ukhuwan wathaniyah). Untuk dapat memahami kondisi dan situasi sosial di Madinah, Nabi Muhammad SAW kemudian melakukan sensus penduduk Madinah. Hasil dari sensus tersebut ditemukan bahwa dari 10.000 penduduk Madinah, penduduk muslim hanya 1.500 jiwa, sementara orang yahudi ada 4.000 jiwa dan 4.500 jiwa lainnya masih menganut paganisme (musyrikin).

Untuk lebih lengkapnya bagaimana meneladani Rasulullah dalam berbangsa dan bernegara, dapat dilihat di link di bawah ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
MUI MENJAWAB: Silahkan ajukan pertanyaan seputar Islam, akan dijawab Langsung ULAMA dari MUI SULSEL.