Perayaan Idul Adha memiliki makna yang dalam. Pada hari yang mulia ini, kita mengenang pengorbanan luar biasa yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan putra yang tercinta Nabi Ismail AS demi menemukan hakikat kehidupan.
Kisah ini mempersembahkan pelajaran berharga tentang iman yang teguh, pengorbanan, dan penyerahan diri kepada kehendak Allah
SWT. Ibu..Siti Hajar yang rela berlari-lari antara Safa dan Marwah demi menemukan sumber kehidupan yakni mata air. Allah pun menjawab perjuangan Siti Hajar dengan ditemukannya sumur Zamzam.
Sebagai wujud penghargaan, hingga kini momentum tersebut terus diamalkan dalam ritual ibadah haji jutaan manusia dengan melakukan Sai. Air Zamzam pun tetap menjadi saksi bisu yang terus memancarkan air berlimpah.

Bapak dan Ibu sekalian, pada saat ini, jutaan saudara-saudari kita di Tanah Suci Makkah dan sekitarnya sedang berada dalam rangkaian puncak ibadah haji dengan melaksanakan rangkaian yang wajib ditunaikan. Mereka telah melakukan wuquf ; berdiam diri, berdoa, dan bermuhasabah di Arafah, bermalam di Muzdalifah, akan melontar jumrah di Mina, tawaf mengelilingi Ka’bah, Sa’i antara Safa dan Marwah, mencukur rambut, serta sebagian besar dari mereka juga menyembelih hewan qurban sebagai wujud syukur dan ketaatan.
Pakaian ihram yang seragam menghapus segala perbedaan status sosial dan kekayaan, menyatukan mereka dalam kesederhanaan dan ketundukan total kepada Allah. Dalam putih kain ihram, terlucut sudah sekat duniawi, hanya kesetaraan insan di hadapan Ilahi; Tiada pangkat, tiada harta, tiada rupa bedakan diri, sebuah cermin hakikat fana, jiwa kembali fitri. Maka setiap tahapan ibadah haji adalah simbol pengorbanan, pelepasan diri dari duniawi, dan penyerahan total kepada kehendak Ilahi. Inilah hakikat Haji dan Idul Adha yang kita rayakan hari ini, sebuah cerminan dari semangat ketundukan dan pengorbanan yang agung

