Prof Dr HM Arfin Hamid SH MH
Makassar, muisulsel.or.id – Umat Islam di seluruh dunia yang memperoleh berkah dan panggilan Allah Swt, kini tengah berkumpul di Padang Arafah dan ke Musdalifah selanjutnya beberapa saat lagi akan bergeser menuju mina untuk melakukan rangkaian ritual haji, wa azzhin finnasi bil hajji ya’tuka rijalan waála kulli dhamirin ya’tina min kulli fajjin amieq (Berserulah kepada manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu berjalan kaki, mengendarai unta kurus dari segenap penujuru nun jauh (Alhaj).
Sebuah rahmat bagi mereka menuju kebesaran dan kedekatan kepada Allah, sebuah nikmat luar biasa tiada tara dan tandingannya labbaekallahumma labbaek, semoga semua jamaah kita yang sedang berhaji mendapatkan haji yang mabrur, alhajjul mabrur laisa lahu jazaaun illal jannah. Masyaallah mereka dan kita sudah menggapai nilai terdahsyat sebagai muttaqun, walakin yanaluhui at-taqwa taqwa sudah bersemayam dalamdiri kita semua.
Jamaah sekalian telah berkumpul di masjid suci ini tengah menjalani rangkaian shalat idul adha 10 Zulhijjah 1445 H, juga merasakan betapa nikmat dan indahnya dalam kebersamaan, bersaudara, senasib sepenanggungan, dan kita semua ikhlas seikhlas-ikhlasnya berserah diri kepada Allah Swt, akhirnya kita semua sangat dekat serta sedang bertaqarrub ilallah (walitukabbirullaha ala ma hadakum wala’allakum tasykurun).
Beberapa saat ke depan kita akan melaksanakan qurban dengan menyembelih hewan qurban (udhiyah) yang telah kita persiapkan bersama sebagai manifestasi taqarrub ilallah itu secara lahiriyah lebih lagi secara spritual, yaitu sesuai makna berqurban, fashally lirabbika wanhar untuk menggapai nilai taqwa, la’allakum tattaqun.
Selanjutnya, fakta historis keluarga besar nabi Adam AS sebagai khalifah pertama di bumi memberikan pembelajaran besar, ketika mendapatkan titah berqurban kepada kedua anaknya Qabil dan Habil, merupakan fit and proper test atau asesemen langsung dari Allah Swt untuk mengetahui siapa di antara keduanya yang ikhlas dalam beramal dan siapa pula yang paling bertaqwa di antara mereka.
Kedua anggota keluarga nabi Adam AS itu diasesmen oleh Allah apakah lolos seleksi untuk menghadapi proses hukum selanjutnya yaitu melakukan pernikahan. Dalam Syariah Nabi Adam AS ditegaskan adanya larangan kawin bersaudara kembar, yang diperintahkan adalah kawin silang.
Sesuai perintah, Qabil harus dinikahkan dengan Labuda adik Habil, sedangkan Habil harus dinikahkan dengan Iklima adik Qabil. Perintah menikah secara silang ini tidak diterima Qabil dengan alasan ia lebih mencintai Iklima kembarnya yang lebih cantik dari Labuda adik Habil, dari sinilah awal konflik dan keegoisan manusia dan si Qabil dapat dinobatkan sebagai bapak konflik yang telah melahirkan turunan-turunan yang suka berkonflik hingga saat ini.
Kemudian Allah Swt memerintahkan Nabi Adam As untuk meng-asesmen tahap kedua kepada anaknya itu dengan berqurban dari hasil usaha mereka masing-masing. Qabil berqurban dari hasil perkebunannya dengan buah yang kurang baik, sedangkan Habil berqurban dengan hewan ternak besar dan gemuk. Sehingga keegoisan, suka berkonflik, kikir, provokator, tidak mau mengalah selalu dilekatkan pada diri Qabil, yang dalam adat dikenal kikkiri gellang, maraja pangewang na makurappahang. Dari sinilah Allah Swt mengetahui keikhlasan dan kepasrahan antara keduanya, yang akhirnya Allah menerima qurban Habil.
Lebih lengkap dapat dilihat dibawah ini