Prof Dr H Mustari Mustafa MPd
Makassar, muisulsel.or.id – Saat ini dalam kalender Hijriah, kita berada di dalam bulan Dzulhijjah, bulan dimana umat Islam diseluruh penjuru dunia dianjurkan untuk menjalankan dua amalan ibadah, disamping ibadah wajib yang dilakukan setiap harinya, yakni Ibadah Haji dan Ibadah Qurban.
Pertama ibadah haji. Pagi ini, umat Islam yang istitha’ah (mampu) sedangberduyun-duyun dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah aqobah dan tahallul awal, setelah mulai kemarin siang tanggal 9 Dzulhijjah melaksanakan ibadah wukuf di Arofah. Kalimat talbiyah, “labbaika allahumma labbaik, labaikala syarikalaka labbaik Innal hamda wa ni’mata laka wal mulk laa syariika lak – Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku
memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milikMu, begitu juga seluruh kerajaan, tiada sekutu bagiMu”…. berkumandang hampir di seluruh kawasan mas’aril haram. Kawasan yang membentang dari Arafah sampai Masjidil Haram.
Secara hukum, Ibadah haji merupakan hal yang wajib bagi yang mampu Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.
Anjuran ibadah yang kedua yakni ibadah qurban. Ibadah ini berhukum sunnah ‘ain bagi individu dan sunnah kifayah bagi anggota keluarga. Hal ini memiliki kaitan dengan ibadah haji yang bersumber dari ajaran Nabi Ibrahim as.
Pada hari ini, lebih 3000 tahun yang lalu, Nabi Ibrahim Kholilullahmenjalankan praktek keagamaan yang penuh dengan nilai-nilai ke-ilahi-an, ketauhidan, kesabaran dan pengorbanan manusia kepada Tuhannya. Pada saat itu Nabi Ibrahim as. diuji oleh Allah swt. dengan ujian yang sangat luar biasa.
Ibadah Haji merupakan ibadah mahdah dan bersifat fisik.
Pesan mendalam yang bisa diambil dari ibadah ini adalah bahwa saat kita berkumpul dengan jutaan
orang di tanah yang luas, kita merasa kecil. Dalam kondisi seperti itu, tidakpantas bagi kita untuk sombong. Kita membutuhkan orang lain agar bisa membantu kita, dan agar orang lain tidak menyakiti kita. Tolong menolong dan saling pengertian dibutuhkan dalam upaya kita beribadah kepada Allah. Karena kita tdk bisa beribadah dengan baik,tanpa ada sikap tolong menolong.
Sedangkan secara spiritual apa yang bisa kita rasakan, alami dan refleksikan ditanah suci, saat kita betul-betul merasa dekat kepada Allah, semestinya bisa berpengaruh kepada sikap dan perilaku kita terutama dalam kehidupan bermasyarakat saat kita kembali lagi ke tanah air. Dengan begitu, ibadah haji yang kita jalankan akan mendorong kita untuk lebih giat lagi dalam berjuang demi tegaknya kesejahteraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat
Berikut versi fullnya pada link dibawah ini